
Repelita Singapura - Kepala Staf Pertahanan India Jenderal Anil Chauhan mengakui negaranya mengalami kerugian di udara pada hari pertama konflik dengan Pakistan.
Dia menyatakan bahwa yang terpenting bukan jumlah pesawat yang jatuh, melainkan alasan di balik kerugian itu dan langkah yang akan diambil selanjutnya.
Konflik antara India dan Pakistan berlangsung selama empat hari pada Mei lalu dan menjadi bentrokan terparah sejak 1999.
Lebih dari 70 orang tewas dalam pertempuran yang melibatkan rudal, drone, dan artileri dari kedua belah pihak.
Setiap pihak melaporkan jumlah korban dan kerugian yang berbeda.
Serangan awal terjadi pada 22 April 2025 saat rombongan wisatawan di Pahalgam, Kashmir, diserang sehingga menewaskan 26 orang.
India menuduh Pakistan sebagai dalang serangan, sementara Pakistan membantahnya.
India mengklaim telah membunuh lebih dari 100 militan dalam serangan udara di wilayah Pakistan.
Pakistan membantah klaim tersebut dan menyatakan lebih dari 30 warga sipil mereka tewas akibat serangan India.
India melaporkan hampir dua puluh warga sipilnya meninggal, terutama di wilayah Kashmir yang menjadi sengketa.
Pakistan mengaku menembak jatuh lima pesawat India, termasuk tiga pesawat tempur Rafale.
Namun, Chauhan membantah klaim itu dan hanya mengakui satu pesawat India yang hilang.
India mengubah taktik setelah kerugian awal dan berhasil melakukan serangan balik pada tanggal 7, 8, dan 10 Mei.
Serangan-serangan tersebut dilakukan dengan menembus pertahanan udara Pakistan dan melumpuhkan pangkalan militer tanpa kerugian lebih lanjut.
Meski Pakistan membantah kehilangan pesawat, mereka mengakui beberapa pangkalan militer terkena serangan udara.
Pada 11 Mei, Marsekal Udara AK Bharti menyatakan semua pilot India telah kembali dan menegaskan kekalahan adalah bagian dari pertempuran.
Chauhan menambahkan India tetap waspada terhadap kemungkinan serangan lanjutan dari kelompok bersenjata yang berbasis di Pakistan.
India akan merespons dengan tegas jika ada serangan teror yang dilancarkan kembali.
Terkait China, Chauhan menyatakan tidak ada indikasi Beijing memberikan bantuan militer kepada Pakistan selama konflik.
Dia menjelaskan tidak ada aktivitas militer luar biasa yang terdeteksi di perbatasan utara India yang berbatasan dengan China.
Soal kemungkinan Pakistan memperoleh intelijen dari China, Chauhan mengatakan citra satelit dan data serupa tersedia secara komersial dari berbagai sumber.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

