Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Siswa Keracunan MBG, Kepala Badan Gizi Nasional Memiliki Latar Belakang Entomologi Bukan Gizi

 Siswa Keracunan MBG, Kepala Badan Gizi Nasional Ternyata Ahli Serangga Bukan Ahli Gizi

Repelita Lampung - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menimbulkan keprihatinan setelah sejumlah siswa mengalami keracunan akibat menu yang disediakan.

Insiden terbaru terjadi pada Rabu 14 September 2025 di SDN 1 Karang Agung, Kecamatan Semaka, Lampung, ketika makanan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Pekon Sudimoro ditemukan terkontaminasi belatung.

Seorang perekam video menunjukkan larva-larva ulat pada lauk telur ceplok dan sayur, sehingga sekolah memutuskan untuk menghentikan pembagian makanan demi keselamatan siswa.

Orang tua murid, Sulaiman, menilai keputusan sekolah untuk membatalkan pembagian menu MBG adalah langkah tepat agar anak-anak tidak menjadi korban keracunan.

Kasus ini menyoroti sosok Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional, yang memimpin pelaksanaan program MBG meski latar belakang pendidikannya adalah entomologi atau ilmu tentang serangga, bukan ilmu gizi.

Dadan Hindayana resmi menjabat Kepala BGN sejak 19 Agustus 2024 melalui Keputusan Presiden Nomor 94P Tahun 2024 dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program prioritas nasional di bidang pangan dan gizi, termasuk MBG.

Pendidikan Dadan meliputi Sarjana Proteksi Tanaman di Institut Pertanian Bogor, S2 Entomologi Terapan di University of Bonn, Jerman, dan S3 Entomologi di Leibniz Universität Hannover, membentuk keahlian dalam pertanian, hama, dan serangga.

Dalam kiprah akademiknya, Dadan menjadi dosen tetap di Departemen Proteksi Tanaman IPB, Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan Banau, serta aktif dalam berbagai program pengabdian masyarakat dan penelitian ilmiah.

Kasus keracunan MBG tercatat mencapai 5.626 siswa di 16 provinsi, dengan Jawa Barat menempati peringkat tertinggi sebanyak 2.051 kasus, sehingga Gubernur Dedi Mulyadi berencana mengevaluasi kualitas menu dan kemampuan SPPG sebagai vendor pelaksana.

Dedi Mulyadi menegaskan, jika ditemukan pengelola SPPG yang tidak memenuhi standar pelayanan, pihaknya akan melakukan penggantian untuk memastikan keselamatan siswa dan kelayakan pelayanan.

Ketimpangan jumlah peserta MBG dengan jumlah pelayan, jarak distribusi, dan penyajian yang tidak sesuai waktu menjadi faktor penyebab keracunan serta menimbulkan trauma bagi siswa meski belum ada korban jiwa. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved