Repelita Jakarta - Respon Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, terhadap dorongan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menuai sorotan tajam.
Peneliti media dan politik, Buni Yani, menilai pernyataan Jokowi justru mengundang gelak tawa publik.
"Pernyataan Jokowi bahwa semua warga negara harus tunduk pada aturan, jadi tidak bisa sembarang memakzulkan Gibran, membuat rakyat tertawa perpingkal-pingkal," ujarnya, Senin 9 Juni 2025.
Ia mengungkapkan bahwa publik belum lupa bagaimana Jokowi mengubah Undang-Undang Pemilu demi keuntungan pribadi saat menjabat.
"Orang tambah tertawa terpingkal-pingkal menyadari bahwa begitu bodohnya Jokowi menganggap publik telah lupa akan kelakuannya, namun kini mencitrakan diri sebagai orang yang taat aturan ketika kepentingan sempitnya terganggu," lanjut Buni Yani.
Menurutnya, wajar jika rakyat kesulitan untuk mencintai sosok mantan presiden yang dianggap tidak layak dihormati.
Ia menyatakan, kini rakyat berharap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berani menindak Jokowi beserta keluarganya.
"Prabowo tidak boleh ragu-ragu karena rakyat ada di belakangnya," tegasnya.
Buni Yani bahkan menyuarakan desakan agar Jokowi segera diadili dan dijatuhi hukuman setimpal.
"Tidak ada kata maaf kepada Jokowi yang dengan sadar telah mencelakai dan menzalimi rakyat selama 10 tahun," tegasnya lagi.
Sebelumnya, Jokowi menyampaikan bahwa pemakzulan hanya bisa terjadi jika terdapat pelanggaran berat seperti korupsi atau perbuatan tercela.
"Pemakzulan itu harus presiden atau wakil presiden misalnya korupsi, atau melakukan perbuatan tercela, atau melakukan pelanggaran berat, Itu baru (bisa dimakzulkan)," ujar Jokowi di Solo, Jumat 6 Juni 2025. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

