Repelita Palopo - Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Rakyat (Amara) for Feni Ere menggelar aksi damai di depan Mapolres Palopo pada Minggu malam (16/3/2025). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes dan menuntut pengungkapan yang transparan atas kasus kematian Feni Ere, seorang warga Palopo yang meninggal dalam kondisi misterius.
Para mahasiswa yang mengenakan pakaian hitam membakar ratusan lilin sebagai bentuk peringatan dan solidaritas terhadap korban. Mereka juga membawa selebaran dengan tulisan #justiceforfeniere, yang menjadi seruan utama dalam perjuangan ini. Tak hanya itu, demonstran membentangkan spanduk bertuliskan "Percuma Ada Polisi, No Money", menggambarkan rasa frustrasi mereka terhadap lambannya penanganan kasus oleh pihak kepolisian.
Aksi semakin memanas ketika mahasiswa melakukan teatrikal yang menggambarkan kasus kematian Feni Ere. Dalam teatrikal tersebut, para peserta aksi memperlihatkan betapa beratnya situasi yang dialami oleh keluarga korban, dengan simbol-simbol yang menggambarkan ketidakadilan dan kebingungan mereka. Para demonstran terus meneriakkan kata ‘bayar, bayar, dan bayar’, serta ‘ada uang kasus tuntas’, sebagai bentuk kecaman terhadap dugaan adanya faktor uang yang memengaruhi pengungkapan kasus ini.
“Kami ingin keadilan untuk Feni Ere! Kami minta agar polisi mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Feni dengan segera!” teriak salah seorang orator dalam aksi tersebut. Sejumlah mahasiswa mengaku kecewa dengan proses penyelidikan yang dirasa lambat, serta mencurigai adanya ketidaktransparanan dalam penanganan kasus yang sempat menghebohkan masyarakat Palopo ini.
Aksi ini sempat membuat kerumunan massa semakin besar di depan Mapolres Palopo, dengan aparat kepolisian yang tampak memantau jalannya demonstrasi. Namun, pihak kepolisian tetap menjaga keamanan dan tidak menghalangi jalannya aksi. Pihak Polres Palopo yang dimintai keterangan terkait tuntutan mahasiswa ini belum memberikan jawaban resmi. Namun, mereka mengimbau agar masyarakat tetap menjaga ketertiban dan memberikan ruang bagi proses hukum yang sedang berjalan.
Para mahasiswa menegaskan, aksi ini bukan hanya sekadar protes, tetapi sebuah seruan untuk keadilan bagi Feni Ere dan keluarga yang ditinggalkan. Mereka menuntut agar proses hukum dilakukan secara adil, tanpa ada intervensi yang mempengaruhi jalannya penyelidikan. Aksi tersebut berakhir dengan damai pada malam hari, meski tuntutan mereka tetap menggaung di udara Palopo. Mahasiswa mengancam akan terus menggelar aksi lanjutan jika pihak berwajib tidak segera mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Feni Ere.
Kasus kematian Feni Ere, seorang wanita asal Mungkajang, Palopo, yang ditemukan dalam kondisi kerangka pada Februari 2025, hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya. Feni Ere dilaporkan hilang sejak Januari 2024 dan ditemukan tak bernyawa pada Februari 2025 di Kilometer 35 Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Meski tubuhnya ditemukan dalam keadaan sangat mengenaskan, penyebab kematian Feni Ere masih belum jelas, meski ada indikasi kuat bahwa ia menjadi korban pembunuhan.
Kapolres Palopo, AKBP Safi’i Nafsikin, mengungkapkan bahwa tim forensik menemukan adanya tanda luka akibat benda tumpul di pipi korban. "Posisi korban saat ditemukan mengarah pada dugaan pembunuhan," ujar AKBP Safi’i Nafsikin. Namun, meskipun dugaan pembunuhan semakin kuat, hingga saat ini pelaku belum berhasil ditangkap. Pihak kepolisian Polres Palopo pun masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Tim kuasa hukum keluarga Feni Ere, Badranaya Partnership, menyoroti lambannya proses penyidikan yang dilakukan oleh Polres Palopo. Kuasa hukum Feni Ere, Manggata Toding Allo, mengungkapkan keprihatinan atas kurangnya kemajuan dalam kasus ini. "Penyelidikan ini terkesan sangat lambat. Pemeriksaan saksi-saksi yang dilakukan tidak berurutan dan kurang efektif," ujarnya. Manggata Toding Allo juga menekankan bahwa hingga kini belum ada penetapan tersangka dalam kasus pembunuhan ini, meskipun banyak saksi yang telah diperiksa.
Feni Ere, seorang sales mobil, dilaporkan hilang secara misterius pada Januari 2024. Keluarga Feni sempat melaporkan kasus ini ke Polres Palopo pada 27 Februari 2024. Setelah setahun hilang, pada 10 Februari 2025, kerangka mayat Feni Ere ditemukan di kawasan Battang Barat, Palopo. Keluarga korban meyakini bahwa kerangka yang ditemukan adalah milik Feni Ere karena adanya kemiripan fisik yang jelas antara keduanya. Pihak kepolisian kemudian menyerahkan kerangka tersebut kepada keluarga, meskipun hasil pemeriksaan DNA belum keluar.
Kapolres Palopo AKBP Safi’i Nafsikin mengungkapkan bahwa timnya menghadapi kesulitan dalam menemukan pelaku, dan mengakui bahwa ini adalah kasus yang sangat rumit. "Kami kesulitan menemukan pelaku karena kecerdikan pelaku dalam menghindari penangkapan," ujar Safi’i. Pihak keluarga dan kuasa hukum pun berharap agar pihak kepolisian dapat segera menemukan bukti yang dapat mengarah pada pelaku. *
Editor: 91224 R-ID Elok