
Repelita, Jakarta 14 Desember 2024 - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak merespons kritikan dari Dewan Pengawas (Dewas) KPK yang menyebut pimpinan lembaga antirasuah bernyali kecil dalam pemberantasan korupsi. Johanis menganalogikan Dewas KPK sebagai penonton sepak bola yang hanya mampu memberikan komentar tanpa dapat bertindak langsung.
"Kalau menurut saya, mereka yang berkomentar itu saya ilustrasikan seperti penonton sepak bola, yang dengan bangga memberikan komentar kepada pemain sepak bola seakan-akan pemain tersebut tidak pandai bermain. Mereka merasa lebih hebat bermain sepak bola daripada pemain yang sedang mereka tonton, padahal mereka sendiri tidak pernah bermain sepak bola," kata Johanis Tanak kepada wartawan, Sabtu (14/12/2024).
Johanis menilai, Dewas KPK tidak perlu banyak berbicara dan merasa superior. Sebab, Dewas hanya berada di posisi sebagai penonton yang dapat memberikan komentar tetapi tidak dapat melakukan hal konkret.
"Sebaiknya tidak perlu banyak komentar dan jangan merasa sebagai yang paling hebat, karena kemampuan mereka hanya terbatas sebagai penonton yang bisa berkomentar tanpa dapat berbuat apa-apa," ujarnya.
Johanis Tanak juga meyakini bahwa jajaran Dewas KPK akan tampil lebih buruk jika mereka menjadi pimpinan lembaga antirasuah. "Jika mereka menjadi pimpinan, saya pastikan mereka akan lebih buruk daripada yang mereka kritik pada pimpinan saat ini," tambahnya.
Sebelumnya, anggota Dewas KPK, Syamsuddin Haris, menyebut pimpinan KPK periode 2019-2024 masih kurang nyali dalam memberantas korupsi. Hal ini disampaikan saat konferensi pers tentang laporan kinerja Dewas periode 2019-2024 di Gedung ACLC, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2024).
Syamsuddin mengungkapkan bahwa pimpinan KPK belum mampu memberikan teladan integritas, seperti terlihat dari beberapa kasus etik yang menyeret tiga pimpinan KPK selama periode tersebut.
"Dalam penilaian Dewas, pimpinan KPK belum dapat menjadi teladan, khususnya soal integritas. Ini terbukti dari tiga pimpinan KPK yang terlibat pelanggaran etik," ujarnya.
Syamsuddin juga menyoroti masalah sinergisitas internal pimpinan KPK. Menurutnya, hal ini terlihat dari perbedaan pendapat pimpinan yang muncul di hadapan publik tentang kasus yang sama.
"Dalam penilaian kami di Dewas, pimpinan KPK belum menunjukkan konsistensi dalam menjaga sinergisitas dan kerja sama internal maupun eksternal," ungkapnya.
Syamsuddin menegaskan bahwa pimpinan KPK saat ini masih kurang keberanian dalam memerangi korupsi. Oleh karena itu, ia berharap pimpinan berikutnya memiliki nyali besar dalam menjalankan tugas pemberantasan korupsi.
"Apakah pimpinan memiliki nyali untuk memberantas korupsi? Mungkin ada, tapi masih kecil. Yang dibutuhkan sekarang adalah pimpinan yang benar-benar memiliki keberanian besar untuk memberantas korupsi," tegasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

