Jakarta, 4 Desember 2024 – Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menilai bahwa dampak atau efek elektoral Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak begitu terlihat dalam Pilkada Jakarta, berbeda dengan Jawa Tengah (Jateng) dan Sumatera Utara (Sumut).
"Ya, pengaruh Jokowi terlihat di Jateng dan Sumut, juga di Solo dan Boyolali kalau dikecilkan lagi," ujar Mahfud dalam podcast Terus Terang yang ditayangkan di kanal YouTube pribadinya.
Menurut Mahfud, efek Jokowi terasa di Jateng karena Jokowi terlibat langsung dalam kampanye. Di Sumut, efek tersebut hadir melalui berbagai alat dan strategi yang digunakan untuk mendorong kemenangan menantunya, Bobby Nasution.
Mahfud juga menyoroti pandangan khalayak mengenai dugaan pertentangan antara PDIP dan Presiden ke-7 Indonesia itu, khususnya pada gelaran Pilpres 2024.
"Saya memaklumi ada suara seperti itu karena prasyarat yang muncul pada pilpres kemarin. Pertentangan kedua kubu begitu mencolok," ungkap Mahfud.
Namun, ia menilai bahwa dugaan tersebut tidak sepenuhnya berdampak signifikan terhadap kekuatan PDIP maupun Jokowi. Menurutnya, data menunjukkan PDIP tetap kuat dengan memenangkan 14 dari 37 provinsi, angka yang ia anggap sebagai pencapaian luar biasa di tengah tantangan besar.
"Pak Jokowi masih dominan, PDIP tidak terpuruk seperti yang banyak diduga. Dalam situasi seperti ini, PDIP masih hebat," tegasnya.
Mahfud juga menilai bahwa Jokowi hanya memiliki pengaruh terbatas di beberapa daerah tertentu. Di Jawa Barat, kemenangan Dedi Mulyadi, misalnya, disebut tidak bergantung pada Jokowi. Begitu pula dengan Khofifah di Jawa Timur yang disebut menang tanpa keterlibatan Jokowi.
"Pak Jokowi sekarang sudah menjadi rakyat biasa. Apalagi di Jakarta, pengaruhnya tidak kelihatan, sudah ada Pak Prabowo juga," tutup Mahfud. (*)
Editor: Elok WA R-ID