Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

“Saya Sudah Pasrah, Mati Ya Mati” – Kisah Mahasiswi UNP Terseret Galodo Padang, Ibunya Masih Hilang 9 Hari

 Sejumlah rumah di Kampung Apa, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatra Barat, Jumat (6/12). Foto: Wahyu Dwi Jayanto/Katadata

Repelita Padang - Mahasiswi Universitas Negeri Padang bernama Ina masih teringat betul dinginnya air bah yang menyergap keluarganya pada Kamis subuh 27 November 2025 di kawasan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat.

Pukul 05.30 WIB, Ina bersama ibu dan kakak laki-lakinya tiba-tiba terseret banjir bandang dahsyat yang menerjang permukiman padat penduduk di kaki perbukitan utara Kota Padang.

Awalnya, ibunya membangunkan Ina karena air mulai merembes masuk ke dalam rumah yang selama ini dianggap aman dari banjir besar.

Tak berselang lama, bendungan kecil di depan rumah jebol dan arus deras langsung menghantam jendela hingga pecah berantakan.

Menurut Ina, selama bertahun-tahun kawasan itu hanya pernah kebanjiran sebatas teras rumah saja.

Namun pagi nahas itu berbeda karena air datang begitu cepat dan ganas hingga langsung menyapu segala yang ada di depannya.

Dalam kegelapan dan dingin menusuk tulang, Ina yang hanya memiliki kemampuan renang seadanya berusaha menyelamatkan ibunya.

Ketiganya sempat berpegangan pada batang pohon kelapa yang hanyut sambil saling berpelukan erat.

Air sudah sedalam orang dewasa sehingga kaki mereka tak lagi menginjak tanah.

Gelombang besar berikutnya datang dari arah hulu dan langsung memisahkan pegangan mereka.

Ina terseret jauh, beberapa kali tenggelam, hingga akhirnya pasrah dan kehilangan kesadaran.

Saat sadar kembali, ia sudah berada di dalam kamar mandi rumah warga yang juga terendam banjir.

Dengan sisa tenaga, Ina memanjat ke atap rumah dan bertahan di sana sendirian di antara puing-puing.

Keadaan di sekitarnya sudah seperti kiamat karena air terus mengalir deras tanpa henti.

Suhu air yang sangat dingin membuat napasnya mengeluarkan asap putih seperti di musim dingin.

Setelah hampir dua jam bertahan di atap, Ina melihat kakaknya dari kejauhan mengungsi di atap masjid.

Mereka baru berhasil dievakuasi sekitar pukul 09.00 WIB setelah hari mulai terang.

Hingga sembilan hari setelah kejadian, ibu Ina belum juga ditemukan dan masuk dalam daftar korban hilang.

Ina kini tinggal sementara di rumah keluarga besar karena rumahnya sendiri sudah rata dengan tanah.

Seluruh berkas skripsi, laptop, motor, dan barang berharga lainnya ikut lenyap tersapu banjir.

Kakak laki-lakinya yang berusia lima tahun lebih tua masih mengalami trauma berat hingga sering menangis di malam hari.

Ina hanya memiliki satu harapan saat ini yaitu bertemu kembali dengan ibunya yang ia panggil Ama.

Pihak kampus Universitas Negeri Padang telah memberikan bantuan berupa kasur, air bersih, dan kebutuhan pokok lainnya.

Camat Koto Tangah Fizlan Setiawan menyatakan pemerintah kota dan pusat sedang fokus pada tahap tanggap darurat.

Sebagian warga terdampak mengungsi di posko terdekat atau rumah kerabat sambil menunggu hunian sementara.

Pemerintah telah menjanjikan relokasi permanen bagi seluruh rumah yang hanyut atau berada di bibir sungai baru akibat perubahan aliran.

Sebanyak 80 unit rumah di salah satu kompleks perumahan disiapkan sebagai hunian tetap bagi para korban.

Relokasi akan dilakukan ke lokasi yang lebih aman jauh dari zona bahaya banjir bandang dan longsor.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved