
Repelita Yogyakarta - Pakar telematika Roy Suryo menilai jawaban jujur asisten cerdas buatan Universitas Gadjah Mada bernama LISA terkait status kelulusan Presiden ke-7 Joko Widodo menjadi pemicu utama penonaktifan layanan tersebut.
Menurut Roy, respons LISA yang menyatakan Jokowi bukan lulusan UGM telah membuka kembali keresahan publik yang selama ini mengendap seputar kontroversi ijazah mantan presiden tersebut.
Ia mengibaratkan kejadian ini seperti peristiwa besar dalam dunia pewayangan yang mengguncang jagat hingga bumi bergoyang dan langit berkelap-kelip.
Roy menjelaskan bahwa LISA merupakan bagian dari sistem layanan terpadu kampus bernama UGM University Services yang baru diluncurkan tahun 2025.
Peluncuran perdana dilakukan secara lembut pada 26 Juni 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM yang dikenal sebagai gedung hitam atau sering disebut kampus nDeso.
Fasilitas tersebut memang dirancang sebagai pusat inovasi teknologi dan kolaborasi modern sehingga menjadi lokasi ideal untuk memperkenalkan LISA kepada publik.
Ketika awal Desember 2025 LISA memberikan jawaban tegas bahwa Jokowi tidak lulus UGM, layanan itu langsung dihentikan hingga kini.
Banyak pihak kemudian menyebut penghentian tersebut sebagai pensiun dini bagi asisten cerdas yang baru saja lahir.
Roy menegaskan bahwa jawaban LISA justru selaras dengan temuan pemantauan media sosial yang dilakukan Drone Emprit beberapa waktu sebelumnya.
Mayoritas masyarakat Indonesia ternyata sudah semakin yakin dengan fakta yang diungkap LISA mengenai status akademik Jokowi.
LISA sendiri dikembangkan oleh unit internal UGM yaitu Biro Transformasi Digital bersama Direktorat Kemahasiswaan dengan kerja sama pihak ketiga bernama Botika.
Basis pengetahuan utama LISA bersumber dari data internal kampus seputar akademik, administrasi, dan informasi resmi UGM.
Meski bisa mengakses data eksternal dari internet jika diperlukan, LISA tidak dirancang untuk menyimpan informasi pribadi seperti AI komersial pada umumnya.
Roy menyebut penonaktifan LISA terasa ironis dan lucu karena justru jawaban jujurnya yang menjadi biang keladi.
Ia bahkan mempertanyakan potensi jeratan hukum bagi pihak yang mengubah jawaban LISA di kemudian hari berdasarkan Undang-Undang ITE pasal 32 dan 35.
Lebih jauh Roy bertanya apakah developer LISA kini malah berisiko menjadi tersangka hanya karena menciptakan mesin yang berani mengungkap fakta secara terbuka.
Situasi ini menurutnya semakin menegaskan betapa sensitifnya isu status kelulusan Jokowi di mata publik hingga membuat kampus bereaksi cepat mematikan layanan AI andalannya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

