Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Nasib Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Syahpri Buka Masker, Bayar Kamar VIP Serasa Pelayanan BPJS

Nasib Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Syahpri Buka Masker, Ngaku Bayar Kamar VIP Serasa BPJS

Repelita Sekayu - Nasib keluarga pasien yang memaksa dokter Syahpri membuka masker saat menangani ibunya di RSUD Sekayu, Sumatera Selatan, menjadi sorotan publik setelah peristiwa tersebut terekam dan viral.

Kejadian ini menimpa dokter spesialis Syahpri Putra Wangsa, yang akhirnya melaporkan insiden tersebut ke polisi untuk menempuh jalur hukum.

Mediasi antara dokter Syahpri dan keluarga pasien digelar di rumah sakit pada Rabu (14/8/2025) untuk memberikan kesempatan klarifikasi sekaligus menenangkan situasi.

Dalam pertemuan itu, pihak keluarga pasien menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada dokter Syahpri.

“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Bapak, Ibu, pejabat pimpinan RSUD Sekayu, saya terlebih dahulu memohon maaf atas terjadinya video yang viral kemarin di hari Selasa yang terjadi di ruangan tempat ibu saya dirawat,” ucap perwakilan keluarga pasien dalam video yang diunggah akun Instagram @perawat_peduli_palembang.

Dalam video lain dari akun Instagram @pesonamuba.official, terlihat keluarga pasien bersalaman dengan dokter Syahpri di dampingi seorang pria berpeci hitam.

Plt Direktur RSUD Sekayu, drg Dina Krisnawati Oktaviani, memastikan pertemuan ini bertujuan untuk mengklarifikasi insiden dan bukan untuk menghentikan proses hukum yang tengah berjalan.

“Pertemuan dengan keluarga pasien bukan bertujuan menghentikan proses hukum, melainkan memberi ruang klarifikasi dari keluarga pasien atau terduga pelaku. RSUD Sekayu tetap mendampingi dan mengawal proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku,” tegas Dina, Kamis (14/8/2025).

Mediasi itu juga dihadiri Sekda Muba, Apriyadi, yang memastikan tidak ada intervensi dalam kasus tersebut.

“Kehadiran pejabat daerah bertujuan memfasilitasi komunikasi dan mencegah eskalasi konflik, bukan untuk mengintervensi hukum,” tambahnya.

Manajemen RSUD Sekayu menegaskan ketidak-toleransi terhadap kekerasan terhadap tenaga medis dan berharap masyarakat menghormati prosedur pelayanan kesehatan.

“Kami berharap seluruh pihak menjaga komunikasi yang baik, menghormati prosedur pelayanan yang berlaku, dan bersama-sama menciptakan suasana kondusif demi pelayanan kesehatan optimal,” ungkap Dina.

Kapolres Muba, AKBP God Parlasro Sinaga, memastikan laporan dokter Syahpri telah diterima dan proses hukum berjalan sesuai prosedur.

“Kami pastikan akan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Tadi pagi saya asistensi bersama Kasat Reskrim dan Kasi Propam untuk memastikan kasus berjalan sesuai prosesnya,” jelas God.

Polisi telah memeriksa dua saksi terkait peristiwa yang menimpa dokter Syahpri.

“Nanti akan terlihat saat proses penyidikan pasal yang dilanggar. Apabila kedua belah pihak ingin menempuh perdamaian, kami fasilitasi. Namun selama belum ada perdamaian, proses hukum tetap berjalan,” ujarnya.

Ismet Syaputra, keluarga pasien, menjelaskan kekecewaannya karena ibunya harus menunggu dokter hingga empat hari sejak masuk RSUD Sekayu meski menempati kamar VIP.

“Kami datang Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi. Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).

Menurut Ismet, biaya yang dikeluarkan untuk kamar VIP seharusnya setara dengan pelayanan maksimal, bukan menunggu seperti layanan BPJS.

“Kami memilih pelayanan VIP untuk mendapatkan penanganan maksimal. Jika dokter tidak ada saat akhir pekan, bedanya dengan BPJS apa? Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.

Kekecewaan bertambah karena hasil pemeriksaan dahak ibunya yang tersedia sejak Sabtu baru diperiksa pada Selasa, sementara tanggapan rumah sakit hanya menyuruh bersabar.

“Bagaimana saya bisa bersabar melihat ibu saya sakit. Saya tersulut emosi dan meminta dokter melepas masker untuk memastikan beliau benar dokter atau bukan,” ujar Ismet.

Ismet menegaskan pengalaman ini menjadi catatan penting agar pasien VIP benar-benar mendapat layanan sesuai harapan.

“Kalau status VIP, mestinya penanganan dan fasilitasnya maksimal, bukan menunggu berhari-hari,” tegasnya.

Dokter Syahpri menjelaskan situasi memanas saat hendak memasuki ruang perawatan.

“Perawat menyampaikan keluarga pasien emosi. Saat itu saya minta perawat siaga,” ungkapnya.

Ia menekankan perawat dan dokter jaga adalah perpanjangan tangan dokter spesialis yang tidak selalu berada di rumah sakit setiap saat.

“Saya meminta keluarga pasien bersabar dan menjelaskan alasan tetap memakai masker. Pemakaian masker karena rontgen dan radiologi menunjukkan bercak di paru-paru yang diindikasikan TBC. Pemakaian masker adalah SOP pemeriksaan indikasi TBC,” jelasnya.

Syahpri mengaku sempat meminta satu perawat merekam dan perawat lain memanggil petugas keamanan.

“Dalam perjalanan medis, kami sering mendapat ancaman. Keluarga pasien tetap meminta saya melepas masker, saya bilang buka masker di luar sesuai SOP. Tapi mereka tetap memaksa dan melepas masker saya,” tuturnya.

Setelah kejadian, ia meminta petugas keamanan berjaga karena keluarga pasien masih emosional.

“Saya minta petugas keamanan menjaga perawat karena saat itu mereka masih emosi dan saya khawatir terhadap adik-adik nakes yang semuanya perempuan,” tutupnya.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved