
Repelita Yogyakarta - Dugaan sabotase muncul dalam acara peluncuran buku Jokowi’s White Paper karya Roy Suryo Cs di Universitas Gadjah Mada (UGM), yang memicu perhatian Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia.
Heru menilai dinamika di balik peluncuran buku tersebut penuh dengan tarik ulur kepentingan yang sangat serius.
“Saya melihat ada tarik ulur kepentingan yang cukup serius di lingkungan UGM. Ini adalah lobi-lobi yang cukup butuh pressure tingkat dewa,” ujar Heru, Selasa (19/8/2025).
Ia menambahkan bahwa tekanan itu tidak hanya datang dari internal kampus, tetapi juga dari pihak eksternal.
"Roy Suryo dan teman-teman memang mendapatkan perlawanan luar biasa. Baik dari UC Center sebagai pengelola, maupun mungkin dari pihak eksternal," sebutnya.
Bahkan, pengelola UC (University Club) UGM selaku penyedia lokasi acara sempat berada pada posisi sulit karena tekanan yang muncul.
“Artinya memang benar, awalnya UGM betul-betul merasa tertekan dengan adanya launching buku ini,” tegas Heru.
Heru menuturkan, pada akhirnya pihak UC terpaksa menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang dari panitia acara maupun pihak luar.
“Dengan tekanan eksternal, UC sebagai tempat yang akan dilakukan launching mau tidak mau harus adaptasi terhadap pressure Roy Suryo dan teman-teman termasuk saya,” lanjutnya.
Ia menambahkan, situasi ini kemungkinan belum berakhir dan potensi intervensi lain terkait peluncuran buku masih bisa terjadi.
“Nanti kita lihat perkembangan launching buku ini, apakah ada tindakan atau ancaman lainnya. Kita belum tahu,” kuncinya.
Sebelumnya, Roy Suryo mengungkapkan pihaknya kembali menghadapi perlakuan kurang menyenangkan saat hendak meluncurkan buku tersebut.
Sejak Minggu (17/8/2025), Dokter Tifauzia Tyassuma telah melakukan reservasi Ruang Nusantara UC UGM untuk acara pukul 14.00-17.00 dan sudah melakukan transfer Rp1 juta.
Minggu malam, pihak UC UGM didatangi UP4 atau Pamdal UGM dan Polsek Bulaksumur untuk diinterogasi terkait reservasi tersebut.
"Senin (besoknya) pihak UC UGM mengirim WA untuk membatalkan booking dan mau mengembalikan uang booking," Roy menuturkan.
Merasa dipermainkan, Menpora era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat mempertimbangkan memindahkan acara ke salah satu cafe di Jalan Cik Ditiro.
"Namun karena sudah banyak orang yang datang ke UC UGM, maka kami rapat sekaligus salat dan makan siang di Coffee Shop UC UGM," tambahnya.
Sekitar pukul 14.00 WIB, acara makan siang diubah menjadi Soft Launching.
"Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada, tepat saat pembacaan doa, lampu dan AC dimatikan mendadak oleh pihak UC UGM," ungkap Roy.
Roy mencatat kejanggalan lain karena lampu di toilet masih menyala, sementara ruang utama mati listrik.
"Namun kami teruskan acara sampai sekitar jam 16-an, termasuk dihadiri Jendral Tyasno Sudarto, Pak Said Didu, Mas Refly Harun, Dr Taufik, Pak Agus FDI, dan sebagainya, mereka semua adalah saksi peristiwa mati listrik dan AC," cetusnya.
Berbekal mic wireless dan lampu dari awak media yang hadir, acara tetap dapat berlangsung.
Roy menambahkan bahwa banyak dosen UGM hingga berbagai kampus lain antusias mengikuti dan berminat membeli buku mereka.
"Tapi memang Grand Launching baru akan diselenggarakan insyaallah 27 Agustus di Jakarta," tandasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok.

