Repelita Jakarta - Eks Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, melontarkan kritik tajam terhadap mantan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Melalui akun media sosial X pribadinya, Said menyindir duet keduanya sebagai penyumbang utama beban utang negara.
Sindiran tersebut disampaikan setelah Sri Mulyani mengumumkan bahwa total kewajiban pemerintah, baik jangka pendek maupun panjang, telah mencapai Rp10.269 triliun pada akhir tahun 2024.
“Dahsyat hasil kerja duet Mulyono-Mulyani yg sepertinya dilanjutkan oleh rezim sekarang,” tulis Said Didu dalam unggahan pada Rabu, 2 Juli 2025.
Komentarnya mengacu pada pernyataan Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR terkait RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2024.
Dalam pemaparan tersebut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa total aset negara hingga akhir 2024 tercatat sebesar Rp13.692,4 triliun.
Dari posisi tersebut, nilai ekuitas pemerintah atau kekayaan bersih mencapai Rp3.424,4 triliun.
Ia menyatakan bahwa kapasitas fiskal Indonesia masih memadai untuk menopang pembiayaan pembangunan nasional secara berkelanjutan.
"Ini menggambarkan kekayaan bersih negara dan kapasitas fiskal yang tetap dapat terjaga dan diandalkan untuk menopang kebutuhan pembangunan nasional secara berkelanjutan," kata Sri Mulyani.
Selain itu, ia juga menyampaikan kondisi Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari pelaksanaan APBN tahun 2024 sebesar Rp459,5 triliun.
Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan saldo anggaran pada 2023.
Namun, pada akhir tahun, pemerintah telah menggunakan sebagian dari SAL 2024 sehingga tersisa Rp458,5 triliun.
Kritik Said Didu menggarisbawahi kekhawatiran terhadap warisan utang besar yang ditinggalkan pemerintah sebelumnya.
Ia menilai bahwa beban fiskal tersebut kini menjadi tanggungan pemerintahan saat ini dan harus dikelola dengan penuh kehati-hatian. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.