Repelita Jakarta - Pegiat media sosial John Sitorus menyoroti keberanian Uskup Timika dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang secara terbuka menolak aktivitas tambang di kawasan Raja Ampat.
John menyampaikan rasa hormatnya atas sikap tegas yang diambil di tengah derasnya kepentingan politik dan ekonomi yang mengorbankan lingkungan.
Uskup Keuskupan Timika, Mgr Bernardus Bofitwos Baru OSA, mengecam keras kerusakan lingkungan akibat tambang nikel yang mulai merambah wilayah Raja Ampat.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat khotbah Minggu Pentakosta di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika, Papua Tengah pada Minggu (8/6/2025).
Dalam siaran langsung khotbah tersebut, Uskup Bernardus menyebut kerusakan di Tanah Papua tak lepas dari kerakusan elit politik dan pemilik modal.
“Saya kira 2.000 hektare di tanah Marind dibabat hanya untuk kepentingan oligarki dan ketamakan dan kerakusannya.
Dan juga ini, Raja Ampat yang indah mulai hancur karena ketamakan dan kerakusan oligarki dan penguasa dengan slogan demi proyek strategis nasional atau PSN,” ujar Mgr Bernardus.
Sementara itu, KWI secara tegas menyatakan penolakan terhadap tambang di Raja Ampat karena dianggap dapat meruntuhkan legitimasi moral di tengah masyarakat.
John Sitorus pun memuji sikap tersebut melalui akun X miliknya.
“Bangga dengan Uskup Timika yang berani dan tegas menyuarakan nasib Raja Ampat,” tulis John dalam cuitan yang dikutip pada Selasa (10/6/2025).
“KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) adalah salah satu ormas agama yang TEGAS menolak izin tambang dari Jokowi,” lanjutnya.
Ia menilai keteguhan Uskup dan KWI merupakan bentuk keberpihakan nyata terhadap kelestarian lingkungan.
“Terimakasih telah konsisten bersikap, patut diapresiasi,” tegasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

