Repelita Jakarta - Sejumlah pedagang di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, menyatakan siap membeberkan apa yang mereka sebut sebagai kebohongan besar mantan Wakil Menteri Desa PDTT, Paiman Raharjo, terkait kepemilikan kios percetakan dan ketik skripsi yang dulu aktif beroperasi di pasar tersebut.
Pernyataan ini muncul setelah pengamat telematika Roy Suryo mengungkap bahwa beberapa pelaku usaha telah menyatakan kesiapannya memberikan kesaksian jika diminta aparat penegak hukum.
Para pedagang mengaku mengetahui secara langsung aktivitas kios milik Paiman yang disebut-sebut sempat dipindahkan untuk menghindari perhatian publik.
Keterangan itu diperoleh Roy dengan merujuk informasi dari pengamat intelijen Sri Radjasa, yang mengamati pergerakan Paiman dan menduga adanya upaya sistematis untuk menyembunyikan keterlibatan dalam isu dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo.
Sri Radjasa menjelaskan bahwa awalnya kios milik Paiman, yang juga Ketua relawan Sedulur Jokowi, berada di bagian depan Pasar Pojok Pramuka dan berseberangan langsung dengan kantor Polsek Metro Matraman.
Namun, dalam waktu yang dianggap mencurigakan, kios tersebut dipindahkan ke bagian belakang pasar dengan alasan keamanan.
Radjasa menilai langkah itu bukan semata demi kelancaran usaha, melainkan bagian dari taktik untuk menghapus jejak aktivitas percetakan yang dianggap berkaitan dengan isu sensitif.
Dalam beberapa pernyataan sebelumnya, Paiman mengklaim bahwa ia hanya memiliki kios tersebut sampai tahun 2002.
Namun, sejumlah saksi menyatakan bahwa aktivitas kios tersebut masih terus berlangsung hingga tahun 2017.
“Kalau memang hanya sampai 2002, mengapa banyak yang menyebut masih aktif sampai 2017? Ini menimbulkan tanda tanya besar dan patut ditelusuri lebih jauh,” kata Sri Radjasa pada Rabu, 25 Juni.
Data yang dikumpulkan dari pedagang sekitar menunjukkan bahwa usaha tersebut telah berdiri bahkan sebelum 1997.
Mereka juga menyebut bahwa aktivitas percetakan itu tetap berlanjut hingga jauh setelah batas waktu yang diklaim Paiman.
Sebagian pedagang menilai pengakuan Paiman, termasuk yang ia sampaikan dalam sebuah tayangan di YouTube, tidak sesuai kenyataan.
“Pernyataannya bisa menjadi senjata makan tuan. Seperti bek tengah yang bikin gol bunuh diri di detik akhir pertandingan,” ujar Sri Radjasa memberikan perumpamaan.
Sri Radjasa menegaskan bahwa penelusuran terhadap keberadaan kios tersebut berkaitan langsung dengan isu ijazah Presiden Joko Widodo, yang diduga dicetak di kawasan Pasar Pramuka pada 2012, menjelang pencalonan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Paiman membatasi pengakuannya hanya sampai 2002. Tapi justru setelah itu yang menjadi sorotan masyarakat. Publik berhak tahu siapa saja yang terlibat dalam pencetakan dokumen itu,” tambahnya.
Para pedagang yang sebelumnya enggan bicara kini mulai bersedia memberikan keterangan.
Mereka menyatakan siap bersaksi jika dimintai keterangan oleh pihak kepolisian atau lembaga hukum lain yang berwenang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok