
Repelita Lombok - Kabar bahwa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, masih hidup saat jatuh ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, NTB, memicu kehebohan luas di media sosial.
Rekaman dari drone dan kamera pendaki menunjukkan Juliana tampak hidup sesaat setelah jatuh.
Ia terlihat duduk dan berdiri di atas tanah abu-abu, jauh di dasar jurang.
Tim SAR bahkan sempat mendengar suara minta tolong dari arah jatuhnya korban.
Namun penyelamatan tidak bisa langsung dilakukan karena medan ekstrem dan kabut tebal yang menyelimuti area.
Situasi ini membuat ribuan warganet Brasil menyampaikan kemarahan kepada pihak berwenang Indonesia.
Akun @eulo***** menulis, Kami orang Brazil sudah KECEWA dengan pemerintah Indonesia.
Butuh waktu lama bagi mereka untuk menolong Juliana. Itu sangat memalukan bagi Anda.
Menanggapi hal ini, Kepala Basarnas, Marsdya TNI Mohammad Syafii, menegaskan bahwa penyelamatan dimulai hanya beberapa jam setelah laporan diterima.
Keadaan ini sebenarnya direspons sangat cepat oleh potensi SAR di wilayah Mataram, jelasnya dalam konferensi pers, Selasa 24 Juni 2025.
Ia menjelaskan tantangan medan yang berat, termasuk ketinggian 9.000 kaki, curamnya tebing, serta kabut dan hujan yang menghalangi pandangan.
Drone thermal sempat dikerahkan namun gagal mendeteksi posisi korban di hari pertama.
Baru pada hari Senin tubuh Juliana berhasil teridentifikasi, namun sudah tidak bergerak.
Tantangan bertambah karena tali evakuasi yang tersedia hanya sepanjang 250 meter, sementara jurang memiliki kedalaman 600 meter.
Tim harus menyambung tali dan memasang tambatan di medan berbahaya dengan oksigen terbatas.
Kedalaman 400–500 meter itu bukan hal mudah. Tambatan tali tidak bisa dipasang dengan aman, kata Syafii.
Evakuasi dilakukan secara vertical lifting.
Setelah jenazah ditemukan pada Rabu 25 Juni 2025, jasad dibawa ke Posko Sembalun dan dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda NTB.
Syafii menegaskan semua prosedur dilakukan sesuai standar dan keselamatan personel menjadi prioritas.
Kami turut berduka dan berterima kasih kepada semua pihak yang membantu proses evakuasi, ungkapnya.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri mengatakan pemerintah akan memperketat SOP dan pengawasan di destinasi ekstrem.
Seluruh instansi diperintahkan memperkuat SOP dan pengawasan pemanduan, kata Widi.
Ia memastikan komunikasi terus dilakukan dengan Kedutaan Brasil dan keluarga korban.
Peristiwa ini menjadi peringatan untuk mengevaluasi keselamatan wisata ekstrem.
Berikut lima fakta penting dari tragedi Juliana Marins di Gunung Rinjani:
1. Juliana masih hidup setelah terjatuh.
Beberapa rekaman menunjukkan Juliana masih hidup sesaat setelah jatuh.
Ia terlihat bergerak di dasar jurang.
Tim SAR juga sempat mendengar teriakan minta tolong.
Namun upaya penyelamatan langsung terhambat medan yang curam dan cuaca buruk.
2. Proses evakuasi penuh tantangan.
Lokasi korban berada di tebing curam dengan kedalaman sekitar 600 meter.
Tali evakuasi harus disambung karena panjang standar hanya 250 meter.
Tim menghadapi kabut, hujan, serta terbatasnya pasokan oksigen.
Drone baru mendeteksi posisi korban dua hari setelah kejadian.
3. Kemarahan publik Brasil di media sosial.
Warganet Brasil membanjiri akun Basarnas dengan komentar bernada kecewa.
Mereka menyesalkan lambatnya evakuasi dan menyebutnya memalukan.
Bila warga Anda ada di Brasil, kami pasti menolong, tulis salah satu netizen.
4. Pengakuan langsung dari tim SAR.
Samsul Padli, anggota tim SAR, mengungkapkan dirinya harus menginap semalam bersama jenazah di dasar jurang.
Ia turun bersama tiga anggota lain dan menunggu sampai pagi untuk evakuasi.
Kalau ditarik ada longsoran pasir, batu juga. Kita naikkan dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang, ucapnya.
Medan bebatuan dan pasir membuat pengangkatan jenazah sangat berat.
5. Agam, pemandu gunung yang jadi pahlawan Brasil.
Nama Agam, pemandu gunung lokal, menjadi viral setelah membagikan video saat mengevakuasi jenazah Juliana.
Ia terlihat bergelantung di tali sambil membawa tubuh korban dari kedalaman 600 meter.
Netizen Brasil menyebutnya pahlawan rakyat Brasil.
Setidaknya dia pantas mendapat medali kehormatan di Brasil sini, tulis @jairzinho_lira.
Agam dikenal sebagai guide gunung dan spesialis vertical rescue dari Etnoshop Adventure.
Ia menulis, Saya tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa membantu seperti ini. Semoga amal ibadahnya diterima.
Kisah ini menjadi pengingat penting tentang risiko tinggi di dunia wisata alam bebas. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok