Ketua Kagama Cirebon Sebut Narasi Astral Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi Hanya Halusinasi untuk Cari Simpati

 

Repelita Cirebon - Ketua Kagama Cirebon Raya Heru Subagia menanggapi pernyataan Roy Suryo yang mengaku mendapat gangguan astral usai mengangkat isu keaslian ijazah Jokowi.

Heru menyebut klaim tersebut terlalu dibesar-besarkan dan tidak sejalan dengan pendekatan akademik yang logis.

Menurutnya, unsur mistik yang dibawa Roy hanya memperkeruh diskusi yang seharusnya berbasis pada fakta dan data.

Ia mengatakan, masyarakat Indonesia memang mudah tertarik pada hal-hal berbau mistis ketimbang argumentasi rasional.

Namun ia mengingatkan, memasukkan narasi gaib ke dalam polemik ijazah justru menjauhkan publik dari pemahaman yang terang dan objektif.

Heru menyayangkan sikap Roy Suryo yang selama ini dikenal sebagai ahli telematika namun justru menggunakan pendekatan tidak ilmiah.

Menurutnya, apa yang dilakukan Roy lebih menyerupai sindiran simbolik dan humor imajinatif.

Ia pun menyarankan agar Roy tetap konsisten berada dalam jalur rasional demi mendorong transparansi yang kredibel.

Heru mengaku yakin bahwa Roy masih mampu berpikir objektif dan logis meski narasi yang dibangun cenderung berlebihan.

Ia juga menyebut istilah “serangan astral” bisa saja merupakan metafora untuk menggambarkan tekanan dari kelompok yang tidak setuju dengan langkah Roy.

Di sisi lain, Dokter Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa turut melaporkan teror yang dialami dirinya dan keluarga sejak ikut menyoroti isu ijazah.

Tifa menyebut anak-anaknya menjadi sasaran intimidasi, mulai dari ancaman verbal hingga penyebaran data pribadi mereka di media sosial.

Ia menyebut gangguan itu berlangsung secara terus-menerus, termasuk terhadap kolega dekatnya.

Tifa bahkan menuding ada pola tekanan yang terorganisir, termasuk menggunakan preman dan perusakan aset pribadi.

Pakar Digital Forensik Rismon Sianipar yang mendukung kajian keabsahan dokumen juga disebut mengalami perusakan kendaraan berulang kali.

Roy Suryo sendiri dilaporkan menerima kiriman benda-benda yang dikaitkan dengan praktik spiritual.

Tifa mengecam pola tekanan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk ketakutan dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh fakta.

Ia menyindir penggunaan istilah “Termul” atau ternak Mulyono sebagai kiasan bagi kelompok yang, menurutnya, membolak-balik logika demi menutupi kebenaran.

Tifa juga mempertanyakan motif dari beberapa individu yang tiba-tiba menghilang dengan dalih liburan keluarga.

Isu ijazah Jokowi kini berkembang bukan hanya dalam ranah akademik dan hukum, tapi juga memunculkan dimensi tekanan personal yang meluas ke keluarga dan rekan dekat para pengkritik. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok.

Baca Juga