Gedung Putih Deklarasi Perang Lawan Badan Intelijen AS Lantaran Bocorkan Data Militer​

Repelita Washington - Pemerintah Amerika Serikat menyatakan langkah keras terhadap kebocoran data intelijen yang membongkar hasil serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Pernyataan itu disampaikan seorang pejabat tinggi Gedung Putih yang dikutip Al Mayadeen pada Kamis, 26 Juni 2025.

"Kami mendeklarasikan perang terhadap para pembocor," ucap pejabat tersebut dalam laporan itu.

Pernyataan itu muncul setelah dokumen intelijen bocor ke publik melalui sistem CAPNET.

Gedung Putih menganggap kebocoran itu sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional.

Sebagai respons, sejumlah langkah internal langsung diambil guna membatasi akses terhadap data intelijen.

Pemerintahan Presiden Donald Trump dilaporkan tengah menyusun kebijakan baru yang membatasi distribusi informasi rahasia ke Kongres.

Beberapa pihak di lingkungan Trump bahkan meminta pengurangan kewenangan akses yang dimiliki anggota parlemen.

Langkah tersebut dikhawatirkan akan memicu kontroversi terkait transparansi lembaga negara.

Namun, Gedung Putih tetap pada posisinya dan menilai langkah ini penting untuk menjaga kerahasiaan strategi pertahanan.

"Tidak ada alasan untuk melakukan ini lagi," kata seorang pejabat lainnya menegaskan.

Dalam laporan Al Mayadeen, pembatasan ini dipicu oleh bocornya hasil penilaian serangan udara AS ke tiga lokasi nuklir Iran yang dilakukan pada Sabtu, 21 Juni 2025 malam.

Presiden Trump mengklaim serangan tersebut berhasil menghancurkan seluruh target.

Namun, informasi bocor menyebut serangan itu tidak seefektif yang diumumkan.

Laporan Badan Intelijen Pertahanan ternyata hanya bersumber dari citra satelit dan dinilai tidak komprehensif.

FBI kini melakukan penyelidikan atas kebocoran tersebut.

Pemerintah AS menilai insiden ini berpotensi membahayakan strategi militer di kawasan Timur Tengah.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok.

Baca Juga