Repelita Jakarta - Kelompok Ansarullah Houthi di Yaman menyatakan akan meningkatkan intensitas serangan mereka ke Israel dengan menargetkan pesawat milik El Al dan maskapai penerbangan sipil lainnya dari Israel.
Pernyataan itu muncul setelah serangan udara Israel di Bandara Internasional Sanaa yang menghancurkan pesawat sipil pengangkut jamaah haji pada awal pekan ini.
Sumber dari kelompok Houthi menyampaikan hal ini kepada sebuah media Lebanon pada Jumat lalu.
Sejak 18 Maret, saat pasukan Israel melanjutkan serangan terhadap Hamas di Jalur Gaza, Houthi telah meluncurkan 42 rudal balistik dan lebih dari 10 drone ke wilayah Israel.
Pada 4 Mei, sebuah rudal menghantam area Bandara Ben Gurion, menyebabkan sebagian besar maskapai asing menangguhkan penerbangan ke Israel.
Kondisi ini membuat Israel semakin bergantung pada maskapai El Al dan beberapa maskapai penerbangan domestik lainnya.
Militer Israel melaporkan bahwa rudal terbaru dari Houthi berhasil dicegat pada Kamis malam.
Ancaman baru dari Houthi untuk menargetkan pesawat sipil Israel muncul usai jet tempur Israel membombardir Bandara Internasional Sanaa yang dikuasai kelompok tersebut.
Serangan itu menghancurkan pesawat sipil terakhir milik Yemeni Airlines yang seharusnya digunakan untuk mengangkut 800 jamaah haji menuju Arab Saudi.
Sebagai balasan atas serangan tersebut, Houthi menyatakan operasi mendatang akan memiliki skala dan dampak yang lebih besar dari serangan sebelumnya.
Mereka juga menegaskan akan memasukkan pesawat sipil Israel ke dalam daftar sasaran mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ini berhasil menembak jatuh setidaknya tujuh drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat.
Awal bulan ini, juru bicara Houthi mengklaim telah mendapatkan senjata baru yang memungkinkan mereka melakukan blokade udara terhadap Israel.
Banyak maskapai penerbangan asing menghentikan rute ke Israel setelah serangan rudal balistik Houthi di Bandara Ben Gurion pada awal bulan ini.
Akibatnya, warga Israel semakin mengandalkan maskapai El Al dan maskapai kecil seperti Arkia dan Israir.
Kelompok Houthi secara konsisten melancarkan serangan rudal dan drone terhadap kapal-kapal dagang maupun militer di kawasan tersebut sebagai bentuk upaya menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza.
Dari November 2023 hingga Januari 2025, mereka telah menargetkan lebih dari 100 kapal dagang, menenggelamkan dua di antaranya serta menewaskan empat awak kapal.
Serangan ini mengganggu jalur perdagangan di koridor Laut Merah, yang biasanya dilalui barang senilai sekitar 1 triliun dolar AS setiap tahunnya.
Presiden Yaman Mahdi al-Mashat mengumumkan bahwa semua jalur udara dan laut yang dipakai pasukan Israel untuk menyerang Yaman kini dianggap sebagai zona berbahaya bagi aktivitas sipil dan komersial.
Hal ini disampaikan seiring dengan peningkatan respons militer Sanaa terhadap agresi Israel yang terus berlanjut di Gaza.
Al-Mashat menyerukan agar maskapai penerbangan dan operator maritim mengubah rute mereka guna menghindari risiko serangan militer yang menargetkan sasaran Israel.
Ia menegaskan bahwa angkatan bersenjata Yaman siap menghadapi pesawat tempur Israel tanpa membahayakan lalu lintas udara dan laut internasional.
Pemimpin Yaman juga memberikan isyarat akan perkembangan mendatang terkait penangkalan pesawat Israel yang digunakan dalam agresi ke negaranya.
Serangan rudal hipersonik yang dilakukan Yaman ke Bandara Ben Gurion beberapa waktu lalu menyebabkan gangguan serius pada aktivitas penerbangan dan memaksa ribuan warga untuk berlindung.
Meski pihak Israel mengklaim rudal tersebut berhasil dicegat, pejabat Yaman menegaskan serangan itu tepat sasaran.
Yaman menyatakan blokade udara terhadap Israel dan berjanji akan terus menyerang bandara serta infrastruktur militer sampai perang di Gaza dihentikan dan pengepungan di wilayah tersebut diakhiri.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
