
Repelita Jakarta - Fasilitas stairlift yang dipasang di Candi Borobudur mendapat dukungan sebagai sarana bagi pengunjung dengan keterbatasan fisik agar dapat menikmati keindahan dan makna spiritual candi tersebut.
Namun, terjadi salah pengertian di kalangan umat dan pemuka agama Buddha yang menilai pemasangan alat itu mengganggu keaslian dan kemuliaan spiritual Borobudur.
Adian Radiatus, Direktur Forum Buddhis Indonesia, menegaskan bahwa pandangan tersebut tidak sesuai dengan makna sebenarnya dari candi yang dibangun lebih dari seribu tahun lalu oleh para ahli yang menggabungkan seni dan spiritualitas secara sempurna.
Menurut Adian, fasilitas stairlift merupakan bentuk perhatian pemerintah agar semua pengunjung, tanpa terkecuali, dapat merasakan pengalaman langsung di situs bersejarah dan kebanggaan bangsa Indonesia.
Sebagai umat Buddha, kita diajarkan untuk menerima perubahan sesuai nilai Anicca dan mengamalkan ajaran cinta kasih kepada sesama manusia.
Adian Radiatus juga menyesalkan adanya pernyataan tendensius yang menyangkut penggunaan stairlift oleh Presiden Indonesia, yang membandingkan sikap Presiden Macron yang memilih naik tangga karena kondisi fisiknya memungkinkan.
Presiden Macron mendampingi Presiden Indonesia di puncak Borobudur dalam acara yang dihadiri oleh tokoh-tokoh spiritual Buddha dari berbagai kalangan, termasuk Bhikkhu, Suhu, Rinpoche, dan pengurus Walubi.
Adian mengajak seluruh umat dan pemuka agama Buddha untuk mengakhiri polemik ini dan bersama-sama menjaga nilai cinta kasih dan perdamaian yang dilambangkan oleh keindahan Borobudur melalui stupa, relief, dan arca yang memuat makna mendalam.
Nilai-nilai tersebut merupakan warisan luhur yang menyentuh banyak sisi spiritual dan harus dijaga demi keharmonisan bersama.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

