Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

BI Soal Dolar AS : Kita Tidak Tahu Apa yang Terjadi ke Depan

 Saran Bos BI agar Ekonomi RI Tumbuh Kencang di Tahun Pertama Prabowo -  Makro Katadata.co.id

Repelita, Jakarta, 14 Desember 2024 – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan pesimistis terhadap kondisi pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini di tengah penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah mencapai angka 107.

Perry menyebutkan bahwa dalam waktu 1,5 bulan sebelum Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden AS, indeks dolar berada di angka 101. Kondisi ini berdampak ke seluruh negara.

“Itulah angin yang sedang kita hadapi. Ini adalah era baru yang akan kita masuki dalam 5 tahun ke depan, [era] Trump,” kata Perry dalam Seminar Kafegama: Menuju Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju, Sabtu, 14 Desember 2024.

Perry mengakui dirinya tidak dapat memprediksi kondisi ekonomi di masa mendatang. Dia meminta semua pihak untuk bertahan dalam situasi ekonomi global yang sulit diprediksi.

“And we don't know what will be happen. Bagaimana kita bisa survive dan terus maju, memacu pertumbuhan dalam dunia yang betul-betul susah diprediksi. Itulah yang kita hadapi sekarang,” ujar Perry.

Kemarin, rupiah melewati level psikologis Rp16.002 per dolar AS pada Jumat siang, menjelang pembukaan pasar Eropa. Level ini menjadi yang terlemah sejak 8 Agustus 2024.

Intervensi Bank Indonesia telah dilakukan di berbagai titik, termasuk di pasar spot, pasar forward domestik, dan pasar Surat Berharga Negara. Namun, tekanan jual masih berlanjut di pasar obligasi dan saham ketika indeks dolar AS semakin menguat di kisaran 107,04.

Tingkat imbal hasil SBN tenor 10 tahun meningkat menjadi 7,01%, sedangkan Bank Indonesia melakukan intervensi pada tenor pendek agar tetap bertahan di sekitar 6,97% untuk tenor 2 tahun.

Tekanan jual juga terlihat di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 0,32% akibat banyak saham perbankan dijual. Saham-saham seperti BMRI, BBCA, BBRI, dan BBNI menjadi pemberat indeks.

Bank Indonesia terus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas pasar dan memulihkan kepercayaan investor dengan langkah-langkah yang berani di pasar spot, forward, dan obligasi negara.

“Kami memasuki pasar dengan tiga intervensi yang cukup berani,” kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto.

Edi memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus mengawal pergerakan rupiah untuk menjaga stabilitas pasar. Menurutnya, kondisi cadangan devisa masih dalam keadaan yang terjaga.

Pelemahan rupiah saat ini masih terkendali meskipun ada eskalasi geopolitik di Asia Timur, seperti ketegangan antara China dan Taiwan, serta kondisi ekonomi AS yang masih stabil.

Selain itu, ada juga faktor permintaan dolar AS yang meningkat dari salah satu BUMN dalam sebulan terakhir.

“Dalam situasi seperti itu, sebetulnya pelemahan rupiah masih dalam kondisi yang terkendali. Supply valas dari para eksportir juga terlihat masih cukup solid,” ujar Edi.

Selama bulan November, investor asing melepas kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp13,07 triliun, setelah sebelumnya enam bulan berturut-turut mencetak posisi net buy.

Investor asing juga melepas saham di pasar saham sekitar Rp16,81 triliun. Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mengalami penurunan nilai yang signifikan, mencapai Rp18,47 triliun pada bulan November.

Sekuritas Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SUVBI) juga mengalami penjualan asing sebesar Rp7,45 triliun. Total arus keluar modal asing mencapai sekitar Rp55,8 triliun.

Posisi cadangan devisa mengalami penurunan sebesar US$1,03 miliar menjadi US$150,2 miliar. Penurunan ini setara dengan Rp16,47 triliun berdasarkan kurs saat ini.

Penurunan cadangan devisa likuid Bank Indonesia juga terlihat, yang berkurang sekitar US$888,99 juta menjadi US$134,88 miliar. Sebelumnya, pada bulan Oktober, aset likuid masih berada di sekitar US$135,77 miliar.

Penurunan aset likuid ini sebagian dapat diimbangi oleh penerbitan sukuk global senilai US$2,75 miliar oleh Pemerintah Indonesia.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved