
Repelita Jakarta – Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang akhirnya memberikan penjelasan terkait menu spageti dan hamburger dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menuai kritik dari kalangan ahli gizi.
Nanik menyebut bahwa penyajian menu tersebut merupakan strategi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mengatasi kejenuhan siswa terhadap nasi sebagai sumber karbohidrat.
Menurutnya, spageti dan burger adalah bentuk kreativitas dari pengelola SPPG di daerah yang ingin memberikan variasi makanan kepada siswa.
“Mohon maaf ada yang mengkritik, ‘Masak ada spageti? Masa ada burger diberikan, apa gizinya?’ Jadi itu, mohon maaf, itu tidak selalu. Jadi anak-anak SPPG ini punya kreativitas, kreativitas gini ayo, biar enggak bosan makan nasi,” ujar Nanik, dikutip dari Antara, Sabtu, 27 September 2025.
Ia menjelaskan bahwa siswa diperbolehkan mengajukan permintaan menu MBG yang ingin mereka konsumsi, namun hanya satu kali dalam seminggu.
Menu seperti spageti dan burger bukanlah sajian harian, melainkan hasil permintaan khusus dari siswa yang ingin mencoba makanan berbeda.
Nanik juga menambahkan bahwa siswa di daerah terluar mungkin mengenal makanan tersebut dari media sosial, sehingga muncul keinginan untuk mencicipinya.
“Mungkin dia nontonnya di TV atau nonton di YouTube ya, terus kemudian ingin makan apa, satu minggu itu boleh request satu kali. Jadi anak-anak boleh request satu kali, supaya enggak bosan dengan makanan ini. Jadi itu tidak day to day kita berikan seperti itu,” jelasnya.
Sebelumnya, Ahli Gizi Tan Shot Yen menyampaikan kekhawatirannya terhadap menu MBG yang terdiri dari burger dan spageti, bukan makanan lokal khas daerah.
Ia meminta agar BGN mengalokasikan 80 persen menu MBG berasal dari makanan lokal, seperti ikan kuah asam di Papua atau kapurung yang biasa dikonsumsi siswa di Sulawesi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

