Repelita NTB - Identitas perempuan yang menjadi salah satu tersangka dalam kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi akhirnya diungkap pihak kepolisian.
Perempuan tersebut diketahui bernama Misri Puspita Sari, berusia 23 tahun. Ia menerima imbalan sebesar Rp 10 juta dari Kompol I Made Yogi Purusa Utama untuk menemaninya berpesta dan menginap di sebuah vila di kawasan Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat.
Misri lahir dari keluarga sederhana dan hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang SMA. Ia merupakan anak yatim yang menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya, yang bekerja sebagai buruh dan pedagang ikan, meninggal dunia.
Dalam perkara ini, Kompol Yogi dan Ipda Haris Chandra menjadi tersangka utama. Keduanya merupakan atasan langsung Nurhadi di Subbidpaminal Bidang Propam Polda NTB.
Menurut pengacara Misri, Yan Mangandar Putra, perkenalan antara kliennya dengan Yogi sudah terjadi sejak tahun 2024, meskipun hanya sebatas kenal singkat.
"Yogi sempat dekat dengan teman Misri di Jakarta. Suatu waktu, Yogi menghubungi Misri melalui Instagram dan melanjutkan obrolan lewat WhatsApp," kata Yan pada Selasa, 8 Juli 2025.
Komunikasi mereka berlanjut hingga 15 April 2025, sehari sebelum peristiwa kematian Nurhadi. Saat itu, Yogi mengundang Misri ke Lombok untuk menemaninya berlibur di Gili Trawangan.
Misri menyetujui ajakan tersebut dengan kesepakatan bahwa seluruh kebutuhan akomodasi dan transportasi ditanggung oleh Yogi, termasuk bayaran jasa sebesar Rp 10 juta untuk satu malam.
Setibanya di Lombok, Misri dijemput oleh Nurhadi, yang saat itu berperan sebagai sopir pribadi Yogi. Di lokasi vila, Misri mendapati Yogi, Haris, dan seorang perempuan lain bernama Melanie Putri—yang ternyata menemani Haris.
“Yogi menyewa Misri, sedangkan Haris menyewa Melanie Putri. Nurhadi hanya berperan sebagai sopir dan tidak membawa perempuan,” jelas Yan.
Di Teluk Nare, tempat pesta digelar, Misri sekamar dengan Yogi, sementara Haris bersama Melanie. Nurhadi semula bergabung dengan Haris.
Menurut Yan, malam itu mereka mengonsumsi dua jenis obat, yaitu penenang Riklona dan ekstasi (Inex).
Riklona dibeli Misri di Bali atas permintaan Yogi, yang mentransfer dana Rp 2 juta. Sementara Inex dibawa langsung oleh Yogi.
Misri menyebut bahwa Yogi dan Haris menyuruh Nurhadi membeli minuman keras. Karena keterbatasan stok, Nurhadi hanya kembali dengan satu botol Tequila.
“Mereka awalnya menolak, tapi akhirnya hanya Haris dan Nurhadi yang minum. Sisanya dalam keadaan fly karena obat,” ujar Yan.
Dalam kondisi setengah sadar, Misri melihat Nurhadi mencium Melanie Putri di area kolam. Ia sempat memperingatkan Nurhadi dengan mengatakan bahwa Melanie adalah perempuan milik abang (Haris).
Setelah itu, Haris dan Melanie kembali ke kamar hotel. Yogi masuk ke kamar dan beristirahat, sementara Misri duduk di pinggir kolam.
Pukul 19.55 WITA, Misri merekam video berdurasi tujuh detik yang menunjukkan Nurhadi masih sehat dan berada di kolam.
“Video itu membuktikan korban masih hidup pada pukul 19.55 WITA,” ujar Yan.
Namun, pada pukul 19.58 WITA, CCTV menangkap momen Haris memasuki vila untuk ketiga kalinya. Itulah momen yang menurut Yan menjadi waktu krusial.
Misri tidak dapat mengingat apapun yang terjadi setelah pukul 19.55 WITA. Ia hanya ingat membangunkan Yogi, lalu masuk kamar mandi selama lebih dari 20 menit.
“Saat sebelum masuk kamar mandi dan setelah keluar, Misri benar-benar tidak ingat apa-apa. Waktu itu bertepatan dengan kemungkinan terjadinya pembunuhan, sekitar pukul 20.00 hingga 21.00 WITA,” jelas Yan.
Ketiga orang yang ada di vila—Yogi, Haris, dan Misri—mengaku tidak mengetahui bagaimana Nurhadi bisa meninggal, meskipun hasil visum menunjukkan korban mengalami kekerasan fisik berat.
"Pengakuan mereka dalam BAP menyebutkan tidak ada yang menyaksikan kejadian pembunuhan, sehingga penyidik menyimpulkan ada kerja sama di antara mereka," ujar Yan.
Yan menduga kliennya menjadi korban ketidakadilan.
“Pertama, mereka memanfaatkan kondisi Misri yang tidak ingat kejadian karena efek narkoba. Kedua, Misri berada di sana karena ajakan Yogi untuk bekerja sebagai pendamping,” jelasnya.
Yan juga menambahkan bahwa Misri bukan pengguna tetap narkoba, karena setelah kejadian, ia tetap bisa bekerja selama dua minggu penuh.
Yogi bahkan sempat meminta Misri untuk merahasiakan konsumsi obat, termasuk Inex, dari siapapun.
Sejak ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Juni 2025, Misri kerap mengalami tekanan psikologis hingga perlu didampingi psikolog dan menjalani hipnoterapi.
“Dalam beberapa sesi, Misri bahkan sempat kerasukan dan mengaku didatangi arwah Nurhadi yang menyebut nama pelaku serta cara ia dibunuh,” ungkap Yan.
Namun, saat dihipnotis, Misri mengaku sulit menceritakan kejadian itu karena merasa ada sosok besar tanpa wajah yang melarangnya berbicara.
“Selain takut pada Yogi, saya menduga ada tekanan lain dari jaringan muncikari yang membawahi Misri,” tutup Yan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

