Repelita Jakarta - Pegiat media sosial Jhon Sitorus melontarkan kritik pedas terhadap pidato Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di hadapan jajaran TNI, Polri, dan tamu delegasi asing.
Jhon menilai pidato Gibran tidak memuat arahan jelas.
Lewat akun X @jhonsitorus_19 pada 16 Juli 2025, Jhon menulis sindiran tajam.
“Apapun pertanyaannya, jawabannya hilirisasi. Hadehhh," tulis Jhon.
Ia menyayangkan ide dan masukan cemerlang dari perwira TNI-Polri hanya dibalas dengan jawaban klise soal hilirisasi dan teknologi kecerdasan buatan.
Menurut Jhon, seorang pemimpin seharusnya menunjukkan arah kebijakan, bukan justru meminta arahan dari bawahan.
Ia menegaskan Wapres seharusnya memiliki pemahaman mendasar tentang geopolitik dan tidak kalah wawasannya dari jajaran perwira.
"Wapres setidaknya harus menguasai hal-hal universal tentang geopolitik. Tidak boleh kalah dari perwira yang seharusnya menerima arahan,” kata Jhon.
Ia pun menyebut cara komunikasi Gibran menunjukkan kualitas kepemimpinan yang belum matang.
“Gini amat wajah negara kita, ampun,” tulisnya lagi.
Di sisi lain, wacana penugasan Gibran ke Papua kembali mencuat.
Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia, menilai penempatan Gibran di Papua bukan hanya sekadar jabatan formal, tetapi memiliki kepentingan strategis untuk Asia Pasifik.
Heru menyebut dukungan Prabowo Subianto sebagai Presiden akan mempermudah langkah Gibran.
“Intinya begini, Gibran sudah mendapat dukungan dari bapaknya sendiri. Juga serta merta dipastikan Prabowo juga mendukung sebagaimana selaku Presiden, memberikan fasilitas dan bahkan tanggung jawab besar,” kata Heru, 15 Juli 2025.
Ia menilai Papua dapat menjadi panggung pembuktian kreativitas politik Gibran.
“Di sinilah kreativitas dan konsistensi, lebih penting lagi hasilnya akan menjadikan tanda khusus Gibran akan ditakuti, diperhitungkan dalam kancah politik lokal dan internasional,” kata Heru.
Heru pun menyinggung pendapat Rocky Gerung yang menilai Papua sebagai titik kunci kawasan Asia Pasifik.
Dengan Gibran berkantor penuh di Papua, maka otomatis ia terlibat langsung dalam percaturan politik regional.
Heru optimis Gibran dapat menuntaskan konflik Papua dan mendorong kerja sama kawasan yang saling menguntungkan.
“Gibran juga akan belajar banyak bagaimana menjadi seorang pemecah masalah yang ada di kawasan Asia Pasifik," kata Heru.
Menurut Heru, kehadiran Gibran tidak mendukung separatisme, melainkan memperkuat Papua sebagai simpul utama kerja sama regional.
Ia percaya Gibran bahkan dapat menarik perhatian lembaga multilateral dunia jika serius menggarap peran strategis Papua.
“Bahkan mungkin akan menjadi percaturan blok besar. Ini gak tanggung-tanggung, mungkin juga lembaga multilateral lainnya yang ada di dunia," pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

