Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

FPI Jabar Pertanyakan Motif Penghapusan Nama Islam dari RSUD Al-Ihsan

FPI Jabar Soroti Dedi Mulyadi, Terkait RSUD Al-Ihsan Diganti Nama Welas  Asih – KabarSunda.com

Repelita Bandung - Keputusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengganti nama RSUD Al-Ihsan menjadi RSUD Welas Asih mendapat penolakan tegas dari Front Persaudaraan Islam (FPI) Jawa Barat.

Pada Rabu, 3 Juli 2025, Ketua Tanfidzi DPD FPI Jawa Barat, KH. Wawan Abdul Malik Marwan, mengirimkan surat terbuka kepada Gubernur Jawa Barat yang isinya menyatakan keberatan atas pergantian nama rumah sakit tersebut.

FPI memandang kebijakan ini tidak memiliki urgensi serta dianggap tidak memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Mereka menilai keputusan tersebut justru berpotensi menimbulkan perpecahan dan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah daerah.

Dalam surat itu, KH. Wawan menyoroti bahwa pemerintah seharusnya lebih fokus menyelesaikan persoalan mendesak seperti kemiskinan, kemacetan, kerusakan jalan, serta kekurangan dokter dan alat medis di rumah sakit.

Ia mempertanyakan apakah mengganti nama rumah sakit akan memberikan dampak positif atau hanya memunculkan polemik baru.

"Apakah penggantian nama ini membawa manfaat nyata, atau hanya sekadar perubahan administratif yang membuang energi birokrasi dan menimbulkan polemik di masyarakat?" tulisnya.

KH. Wawan menegaskan bahwa masyarakat membutuhkan pemimpin yang peka terhadap kebutuhan rakyat, bukan sibuk mengurusi simbol.

FPI juga menyayangkan penghapusan nama "Al-Ihsan" yang menurut mereka memiliki nilai spiritual tinggi dalam ajaran Islam.

Menurut FPI, "Al-Ihsan" bukan sekadar nama, tetapi mencerminkan nilai ketulusan dan tanggung jawab yang selama ini menjadi motivasi moral para tenaga medis dalam menjalankan tugas.

“Nama itu sudah lama menjadi bagian dari nilai-nilai kerja para tenaga medis dan warga. Mengganti nama itu sama saja dengan menghapus simbol kebaikan yang sudah hidup di dalam pelayanan rumah sakit,” tulis FPI.

Mereka mengkhawatirkan pergantian nama ini bisa menghilangkan ruh spiritual dari rumah sakit yang telah lama melekat.

FPI juga mempertanyakan motif di balik penghapusan nama bernuansa Islam dalam ruang publik.

KH. Wawan menulis bahwa keputusan ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada upaya sistematis menghilangkan simbol Islam dari fasilitas publik.

“Mengapa simbol Islam yang harus diganti, sementara banyak institusi lain dibiarkan tetap menggunakan istilah keagamaan mereka? Ini memunculkan kecurigaan di masyarakat,” tegasnya.

FPI menyebut bahwa masyarakat kini semakin peka terhadap perubahan simbolik semacam ini.

Ketiadaan penjelasan terbuka dari pemerintah juga memperbesar ketidakpercayaan masyarakat terhadap kebijakan tersebut.

Meski menyatakan penolakan, FPI juga memberikan solusi alternatif agar tidak dianggap hanya sekadar mengkritik.

Mereka mengusulkan nama gabungan seperti “RSUD Al-Ihsan Welas Asih” sebagai kompromi antara pelestarian nilai Islam dan penguatan identitas lokal.

“Kalau tujuannya untuk mengangkat bahasa lokal, kita sepakat. Tapi jangan sampai nama yang punya nilai moral dan spiritual seperti Al-Ihsan malah dihilangkan. Lebih baik digabung, agar masyarakat tidak merasa tersingkir,” tulis KH. Wawan.

FPI juga mengajukan tiga tuntutan kepada Gubernur Jawa Barat sebagai bentuk langkah konkret untuk menghindari konflik sosial di tengah masyarakat.

1. Meninjau kembali keputusan penggantian nama RSUD Al-Ihsan secara lebih bijak dengan melibatkan tokoh masyarakat, ulama, tokoh adat, akademisi, dan perwakilan rakyat dalam proses pengambilan keputusan.

2. Menyampaikan secara terbuka alasan dan manfaat nyata dari kebijakan pergantian nama, agar tidak muncul anggapan bahwa keputusan ini dibuat secara sepihak dan tanpa dasar.

3. Mengutamakan perbaikan nyata terhadap fasilitas rumah sakit, peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan dokter dan peralatan medis di pelosok daerah, ketimbang mengurusi perubahan simbolik.

KH. Wawan menutup surat terbukanya dengan pesan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang mengutamakan kepentingan rakyat di atas pencitraan atau popularitas.

“Kami percaya bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang mengutamakan maslahat umat, bukan sekadar keindahan simbol atau popularitas sesaat.” (\*)

Editor: 91224 R-ID Elok.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved