Repelita Jakarta - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Beathor Suryadi, mendadak mencuri perhatian publik setelah berani menuding bahwa ijazah Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, dicetak di Pasar Pramuka.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube inews tv yang tayang pada Kamis 19 Juni 2025, Beathor secara gamblang menyebut nama-nama orang yang menurutnya terlibat dalam pembuatan ijazah tersebut.
Ia mengungkap ada beberapa pihak yang diduga mengetahui detail pembuatan dokumen itu, mulai dari Dani Iskandar yang disebutnya berasal dari pihak DKI, hingga nama-nama lain seperti Prasetyo Egi Marsudi, M Syarif, hingga Juri Ardianto.
Menurut Beathor, setelah ijazah selesai dicetak, dokumen tersebut diserahkan ke Prasetyo Egi Marsudi lalu dibawa ke KPU DKI untuk melengkapi persyaratan pencalonan.
Beathor juga menegaskan keyakinannya bahwa Jokowi bukan lulusan UGM dengan merujuk pernyataan mantan Rektor UGM, Sofyan Efendi, yang menurutnya pernah mengatakan tidak ada nama Jokowi di Fakultas Kehutanan.
Ia menjelaskan pihaknya melacak dokumen tersebut berdasarkan klaim dari tim Solo yang disebutnya tidak memiliki dokumen asli untuk didaftarkan ke KPU, sehingga dibuatlah salinan baru di Jakarta.
Lebih jauh, Beathor menunjuk tiga orang yang dianggap berperan dalam pembentukan dokumen tersebut, yakni David, Anggit, dan Widodo.
Namun menurutnya hanya Widodo yang terlibat langsung mencetak ijazah ke Pasar Pramuka berdasarkan keterangan Dani Iskandar pada 2012.
Beathor juga menyebut Andi Wijayanto disebut-sebut sempat mengetahui keberadaan dokumen tersebut karena menerima dari tim Liaison Officer partai.
Tudingan itu membuat nama Beathor, yang dikenal sebagai aktivis sejak era Orde Baru sekaligus mantan anggota DPR RI, kembali diperbincangkan publik.
Menanggapi pernyataan Beathor, kuasa hukum Jokowi, Rivai Kusumanegara, menilai tudingan tersebut tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
Rivai menyebut informasi yang beredar hanya rangkaian cerita tanpa bukti jelas dan tidak dapat dijadikan alat pembuktian di pengadilan.
Ia juga mempertanyakan logika tudingan karena ijazah yang sama telah digunakan Jokowi sejak maju sebagai Wali Kota Solo.
Menurut Rivai, tidak masuk akal jika seorang calon kepala daerah apalagi presiden dua periode mau memalsukan ijazah hanya untuk syarat administratif, padahal cukup dengan ijazah SMA.
Rivai menambahkan, hasil pemeriksaan forensik pun sudah menegaskan keaslian ijazah tersebut sehingga tidak ada motif apapun bagi Jokowi untuk membuat ijazah palsu.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok