Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Zohran Mamdani Menang Lawan Cuomo, Diserang Rasisme dan Diancam Dideportasi

foto

Repelita New York - Zohran Mamdani mengejutkan publik Amerika Serikat setelah mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo dalam pemilihan pendahuluan Wali Kota New York City dari Partai Demokrat.

Kemenangan ini semakin mencuri perhatian setelah dalam debat televisi, Mamdani memilih tetap tinggal di New York sebagai jawaban atas pertanyaan negara mana yang akan ia kunjungi pertama jika terpilih.

Sementara kandidat lain menyebut Israel, Mamdani menekankan komitmennya untuk melayani warga kota.

Jawaban itu langsung mengangkat namanya dan menjadi pusat perhatian nasional.

Sebagai sosok Muslim, sosialis, dan pro-Palestina, Mamdani awalnya tak diperhitungkan untuk menang.

Namun ia justru meraih suara mayoritas, membuktikan bahwa profil politiknya diterima luas di kota multikultural itu.

Setelah kemenangannya, gelombang serangan Islamofobia mulai menyerangnya dari berbagai penjuru, termasuk dari anggota Kongres aktif.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa ujaran rasis dan anti-Muslim kini semakin terbuka di panggung politik Amerika.

Laporan dari CAIR dan ADL menyebut insiden Islamofobia dan antisemitisme mencapai rekor tertinggi sepanjang 2024.

Serangan terhadap Mamdani mencerminkan upaya sistematis untuk mendiskreditkan kandidat Muslim dan berkulit cokelat dari jabatan publik.

Pendukung Mamdani menyerukan kepada politisi dan media agar menghentikan penyebaran disinformasi rasis yang berpotensi merusak demokrasi Amerika.

Setelah pemilihan, anggota Kongres Andy Ogles meminta agar kewarganegaraan Mamdani dicabut dan dirinya dideportasi ke Uganda.

Padahal Mamdani telah menjadi warga negara AS sejak 2018, dan proses denaturalisasi sangat langka serta kompleks.

Mamdani mengaku menerima banyak ancaman dan pesan kebencian selama kampanye, namun menyatakan hal tersebut sudah ia perkirakan.

Dalam wawancara dengan MSNBC, ia menegaskan bahwa menjadi Muslim tak membuatnya berbeda dari pemeluk agama lain di Amerika.

Serangan terhadapnya didorong oleh atmosfer politik yang terpolarisasi, diperburuk oleh narasi Presiden Donald Trump yang menuduh Partai Demokrat telah "melewati batas."

Trump menyebut Mamdani sebagai “calon Wali Kota Komunis” dan menyindir dukungan dari tokoh-tokoh Demokrat seperti Alexandria Ocasio-Cortez dan Chuck Schumer.

Aktivis MAGA dan politisi Republik turut menyebarkan ejekan dan visual ofensif terhadap Mamdani.

Marjorie Taylor Greene membagikan gambar Patung Liberty berjilbab, sementara Nancy Mace menyandingkan kemenangan Mamdani dengan trauma serangan 9/11.

James Zogby dari Arab American Institute menyatakan bahwa Islamofobia terus menyebar karena pelakunya tak menghadapi konsekuensi serius.

Sementara Basim Elkarra dari CAIR Action menyebut pola ini selalu muncul ketika Muslim ikut serta dalam kontestasi politik.

Ilhan Omar dan Rashida Tlaib pun menjadi korban retorika serupa selama bertahun-tahun.

Walau Mamdani belum resmi terpilih sebagai wali kota, perolehan 43 persen suaranya menunjukkan adanya keinginan warga New York untuk pemimpin baru yang tak tersandera dukungan AIPAC atau isu Israel.

Penyebaran kebencian terhadap Mamdani makin meluas lewat media sosial, namun di saat yang sama, platform itu juga menjadi alat penting untuk menggalang dukungan dan membalikkan serangan politik.

Koalisi multietnis yang terbentuk di sekitar Mamdani mencerminkan kekuatan baru Muslim Amerika dalam membentuk lanskap politik masa depan.

Zogby menyatakan Islamofobia bisa jadi mulai kehilangan daya pengaruhnya.

Elkarra menilai popularitas Mamdani menjadi modal kuat untuk bertahan di tengah badai serangan yang terus menerjangnya.

Saat ini, populasi Muslim di Amerika diperkirakan mencapai 3 hingga 4 juta orang. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved