Repelita Jakarta - Nama Prof. Paiman Raharjo kembali menjadi sorotan setelah eks perwira intelijen sekaligus purnawirawan BIN, Sri Rajasa Candra, mengungkap dugaan keterlibatannya dalam aktivitas pemalsuan dokumen di kawasan Pasar Pramuka Pojok.
Paiman yang dikenal sebagai mantan Wakil Menteri Desa dan relawan Jokowi itu disebut masih aktif di kawasan tersebut hingga 2017, bukan hanya sampai tahun 2002 seperti yang pernah ia klaim.
Sri Rajasa menyebut pengakuan Paiman sebagai kebohongan besar.
“Paiman bilang hanya sampai 2002 di Pramuka, tapi saya punya data dan saksi bahwa dia masih aktif hingga 2017. Ini bukan cuma soal waktu, tapi soal apa yang sedang ditutup-tutupi,” ucapnya dalam pernyataan yang disampaikan lewat kanal Youtube Hersubeno Point.
Menurut Sri Rajasa, Pasar Pramuka Pojok sudah lama dikenal sebagai tempat produksi dokumen palsu dengan kualitas sangat tinggi.
Ia menyebut lokasi tersebut mampu mencetak berbagai jenis dokumen seperti ijazah, visa, hingga hasil laboratorium yang menyerupai dokumen resmi.
“Di sana bisa cetak apapun, visa, ijazah, bahkan dokumen pertambangan. Kualitasnya 99 persen mirip asli. Saya lahir besar di Jakarta, saya tahu persis,” katanya.
Ia juga mengungkap bahwa Paiman dijuluki sebagai “Pak Dosen” bukan karena status akademis, melainkan karena kebiasaannya membuatkan skripsi pesanan bagi mahasiswa.
Julukan itu melekat karena perannya dalam memfasilitasi pembuatan tugas akhir secara tidak sah bagi banyak mahasiswa.
Isu kembali mencuat setelah aktivis politik Berto Tukan menyebut bahwa ijazah Presiden Jokowi dicetak di Pasar Pramuka.
Nama Paiman pun ikut terseret karena keterkaitannya dengan kawasan tersebut dan kedekatannya dengan lingkar kekuasaan.
“Kalau memang benar dicetak di Pramuka, ya pasti lewat Paiman. Dia yang paling lama, paling dikenal di sana, dan dekat dengan lingkaran kekuasaan,” ujar Sri Rajasa.
Alih-alih memberi klarifikasi terbuka, Paiman justru menghadirkan tiga saksi dari kalangan keluarga untuk membenarkan klaim bahwa dirinya sudah tidak aktif sejak 2002.
“Kenapa mesti saksi dari saudara sendiri? Kenapa bukan dari rekan-rekan lama di pasar itu? Itu menambah kecurigaan,” katanya.
Sri Rajasa juga menyoroti kebakaran Pasar Pramuka Pojok pada Desember 2024 sekitar pukul 05.30 pagi yang dianggapnya janggal.
Menurutnya, tidak ada upaya pemadaman meskipun lokasi kebakaran berada dekat dengan pos pemadam kebakaran dan kantor polisi.
“Tidak ada satu pun yang menyiram api. Pos pemadam dekat, polisi juga ada di seberangnya. Tapi dibiarkan sampai ludes. Ini janggal,” ungkapnya.
Ia menduga ada unsur pembiaran yang disengaja untuk menghilangkan jejak atas praktik ilegal yang terjadi di sana.
Sri Rajasa menyatakan bahwa banyak saksi mata bersedia memberikan kesaksian mengenai keterlibatan Paiman hingga tahun 2017.
“Saya temui mereka langsung. Mereka berani bersaksi. Bahkan ada yang bilang, ‘Saya masih nongkrong sama Paiman tahun 2010’,” jelasnya.
Ia menyatakan siap untuk dikonfrontasi secara langsung dengan Prof. Paiman jika dibutuhkan demi mengungkap kebenaran.
“Saya siap dipanel, saya tunggu Paiman. Saya bukan sembunyi. Saya cuma minta satu: jujur saja soal timeline Anda di Pasar Pramuka,” pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok.