Repelita Jakarta - Pakar telematika Roy Suryo mengaku tidak terkejut dengan isu yang kembali mencuat mengenai Pasar Pramuka sebagai tempat pencetakan ulang ijazah Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo.
Ia menyatakan bahwa informasi mengenai dugaan tersebut sudah lama menjadi bagian dari pembicaraan publik.
Menurut Roy, istilah Universitas Pasar Pramuka bahkan sudah beredar luas di masyarakat.
Ia mengatakan hal ini bukan sekadar kabar angin, melainkan sudah banyak termuat dalam pemberitaan berbagai media.
Roy menambahkan bahwa media nasional pun pernah menampilkan ulasan tentang isu tersebut.
Ia juga menyoroti bahwa dalam pernyataan politikus senior PDIP, Beathor Suryadi, terdapat sejumlah nama yang disebut secara langsung.
Roy menyebut nama-nama seperti Andi Widjajanto serta tim dari Solo dan Jakarta sebagai bagian dari narasi tersebut.
Ia berpendapat bahwa pernyataan Beathor bisa dijadikan bukti baru atau novum dalam mengusut dugaan pemalsuan ijazah.
Menurut Roy, aparat penegak hukum tidak boleh mengabaikan fakta-fakta yang mulai terungkap.
Ia menilai bahwa kasus ini bisa menjadi titik terang untuk membuka lebih dalam soal keaslian dokumen Presiden.
Sementara itu, Ferdinand Hutahaean yang juga berasal dari PDIP menyatakan tidak bisa memastikan kebenaran pernyataan Beathor.
Ia mengaku hanya bisa tertawa saat membaca klaim bahwa ijazah Jokowi dicetak di Pasar Pramuka.
Meskipun demikian, Ferdinand tidak serta-merta menolak kemungkinan tersebut.
Ia menegaskan bahwa kejanggalan yang ada tetap perlu dipertanyakan secara kritis.
Ferdinand menyebut bahwa Jokowi kemungkinan besar memang pernah kuliah.
Namun, ia masih ragu apakah Jokowi benar-benar menyelesaikan pendidikan dan menerima ijazah resmi.
Menurut Ferdinand, itulah titik persoalan yang patut menjadi perhatian publik.
Ia mengakui bahwa Pasar Pramuka sejak dulu memang dikenal sebagai pusat produksi berbagai dokumen.
Ferdinand menyatakan bahwa tempat itu dulunya sangat populer untuk mencetak berbagai berkas penting.
Bahkan, menurutnya, dokumen perusahaan pun banyak dibuat di kawasan tersebut.
Namun, ia menolak menarik kesimpulan bahwa ijazah Jokowi benar-benar dicetak di sana.
Ferdinand menilai jika pernyataan Beathor terbukti benar, maka ini merupakan persoalan yang sangat serius.
Ia mengatakan hal itu akan menjadi persoalan besar terkait integritas seorang kepala negara.
Ferdinand menyerahkan sepenuhnya penilaian kepada publik berdasarkan fakta-fakta yang beredar.
Ia juga menyebut pernyataan Bareskrim dan sejumlah tokoh lain, termasuk mantan dosen UGM, sebagai referensi tambahan bagi masyarakat.
Ferdinand mengaku enggan berkomentar terlalu jauh soal kasus ini.
Ia menyarankan masyarakat untuk menyimak setiap informasi dengan cermat dan menyusun penilaian secara objektif. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

