
Repelita Jakarta - Acara seminar bertema “Wawasan Pancasila: Antara Fakta Historis dan Hegemoni Politik” berlangsung di Markaz Syariah Petamburan, Jakarta.
Salah satu pembicara dalam diskusi tersebut adalah ahli hukum tata negara Refly Harun.
Dalam presentasinya, Refly menyoroti dinamika perubahan konstitusi Indonesia, terutama momen 10 Agustus 2002 yang kerap diabaikan karena fokus masyarakat lebih tertuju pada sejarah 1945.
Ia menyampaikan bahwa proses amandemen konstitusi dari 1999 sampai 2002 mencerminkan lemahnya penolakan dari partai-partai Islam terhadap dominasi nasionalisme.
Menurutnya, partai Islam seperti PPP, PBB, dan PKS tidak melawan keputusan mempertahankan Pembukaan UUD, yang menandakan tidak berubahnya susunan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta.
Refly juga menyinggung kekalahan partai-partai Islam dalam pemilu sejak 1999 hingga 2024 sebagai cermin menurunnya pengaruh Islam dalam politik formal.
Dalam kesempatan itu, ia mengusulkan agar peringatan hari lahir Pancasila dipindah dari 1 Juni ke 18 Agustus.
Menurutnya, tanggal tersebut adalah momen resmi disahkannya Pancasila, bukan hanya perdebatan konsep.
Refly menyampaikan bahwa dominasi narasi Bung Karno dalam sejarah Pancasila terlalu kuat dan mengabaikan kontribusi tokoh-tokoh Islam seperti Haji Agus Salim dan Mohammad Hatta.
Ia juga menegaskan bahwa dirinya tetap bersikap kritis terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan menolak tawaran jabatan apapun hingga 2029.
Refly berharap kebebasan berpendapat tetap terjaga dan mengingatkan kelompok seperti FPI agar tidak terbuai oleh kedekatan dengan kekuasaan.
Ia meminta agar umat tetap konsisten dalam menjalankan amar makruf nahi mungkar.
Seminar juga membahas bagaimana umat Islam menghadapi berbagai stigma dalam politik, termasuk terhadap kelompok seperti FPI, PKS, dan HTI.
Refly menyimpulkan bahwa meski kekuatan Islam dalam parlemen menurun, kesadaran keagamaan masyarakat justru meningkat.
Ia menyerukan agar umat terus memperjuangkan nilai-nilai Pancasila yang menurutnya merupakan hasil sintesis antara Islam, nasionalisme, dan sosialisme.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

