Repelita Solo - Kondisi fisik terbaru Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, memicu diskusi luas di jagat maya usai fotonya beredar saat merayakan ulang tahun ke-64 di Solo, 21 Juni 2025.
Dalam foto yang tersebar, wajah Jokowi tampak dipenuhi bercak putih, terutama di pipi, dahi, dan leher.
Terdapat pula warna kemerahan di area leher yang menimbulkan pertanyaan dari publik.
Tidak hanya soal wajah, bentuk tubuh Jokowi juga menjadi sorotan, terutama pada bagian perut yang terlihat menonjol dari balik kemeja putih yang dikenakannya.
Dokter Tifauzia Tyassuma, yang akrab disapa Dokter Tifa, menyampaikan keprihatinan lewat cuitannya di Twitter.
Ia menyebut kondisi fisik Jokowi mencerminkan adanya gangguan kesehatan serius yang membutuhkan perawatan medis intensif.
“Jokowi 21 Juni 2025. Sepertinya masih sakit. Sekali lagi saya ingatkan, Pak Jokowi, anda sakit serius, tidak bisa dibiarkan tanpa perawatan terbaik. Ada luka memanjang di leher. Pasti gatal sekali rasanya sekujur tubuh. Semoga lekas sembuh, Pak. Segera ke Rumah Sakit, jangan hanya rawat jalan,” tulisnya.
Ia juga menyoroti dugaan adanya alat medis Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau CAPD di balik tonjolan perut Jokowi.
Menurutnya, alat tersebut biasa digunakan dalam metode cuci darah melalui rongga perut.
“Kalau melihat dari tanda dan gejala yang sama-sama kita lihat, praktis sejak bulan April 2025 hingga sekarang, dan saya asses adalah Penyakit Autoimun Agresif, maka dugaan saya alat itu adalah CAPD. Ini adalah assessment dari seorang Dokter atas pertanyaan para netizen,” tulis Tifa.
Ia menjelaskan bahwa penyakit autoimun agresif bisa berkembang sangat cepat dan berdampak besar terhadap berbagai organ vital dalam tubuh.
Tifa memaparkan berbagai kemungkinan diagnosa seperti Lupus Nephritis, Rapid Progressive Glomerulonephritis, hingga Scleroderma Renal Crisis yang bisa merusak ginjal dalam waktu singkat.
Sebagai sesama manusia, ia menyatakan rasa cemas terhadap kondisi mantan presiden tersebut.
“Ketika kondisi Autoimun sangat agresif, dan menyerang organ-organ dengan cepat terutama ginjal, maka CAPD sama sekali tidak mendukung,” tulisnya.
Pihak Istana pun memberikan penjelasan melalui ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah.
Syarif menyebut bahwa perubahan pada wajah Jokowi disebabkan oleh reaksi alergi setelah kunjungan ke Vatikan beberapa waktu lalu.
“Pasca-pulang dari Vatikan tapi secara fisik beliau fit banget. Mungkin cuaca di Vatikan, jadi penyesuaian. Pulang ke Indonesia dari sana itu muncul alerginya,” kata Syarif dalam tayangan Youtube JOKOWI Creative Channel, 6 Juni 2025.
Syarif juga membantah kabar yang menyebut Jokowi mengidap penyakit serius seperti Stevens-Johnson Syndrome atau autoimun.
“Autoimun? enggak, enggak sampai sana,” tegasnya.
Ia memastikan bahwa kondisi Jokowi hanyalah alergi biasa dan tidak memerlukan penanganan berat.
Namun Dokter Tifa tidak sependapat dengan penjelasan itu.
Ia menyebut bahwa menyederhanakan kondisi Jokowi hanya sebagai alergi merupakan tindakan yang menyesatkan publik.
“Justru yang hoax adalah, orang yang mengatakan ini hanya Alergi Kulit biasa yang menyerang akibat kunjungan ke Vatikan. Sekali lagi ini sakit berat, berat sekali,” tulisnya.
Perdebatan antara analisis medis independen dan keterangan resmi dari pihak Istana ini terus berkembang di ruang publik.
Publik pun terbelah dalam menanggapi dua narasi yang saling bertolak belakang tersebut.
Namun yang pasti, kondisi kesehatan figur publik seperti mantan presiden selalu menjadi perhatian masyarakat, terlebih jika menyangkut transparansi dan kepercayaan publik terhadap informasi resmi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok