Repelita Jakarta - Pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut pemerkosaan massal Mei 1998 hanyalah rumor memicu reaksi keras dari aktivis kemanusiaan.
Ita Fatia Nadia, mantan anggota Tim Relawan untuk Kekerasan terhadap Perempuan, membantah tegas pernyataan tersebut.
Ia menyebut ucapan Fadli Zon sebagai bentuk kebohongan terhadap publik dan perempuan Indonesia.
"Statemen saya adalah bahwa Fadli Zon telah membohongi publik, berdusta kepada publik dan perempuan Indonesia. Fadli Zon juga telah melakukan pembohongan fakta sejarah," ujar Ita.
Ita tidak hanya hadir saat tragedi itu terjadi.
Ia juga tergabung dalam Tim Gabungan Pencari Fakta yang mengumpulkan data dan menemui para korban secara langsung.
Menurutnya, ada 15 korban pemerkosaan yang ia tangani sendiri.
Salah satu yang paling membekas adalah seorang anak perempuan berusia 11 tahun bernama Fransisca.
Fransisca menjadi korban pemerkosaan di Tangerang.
Keluarganya pun tidak selamat.
Ibunya dibunuh, begitu pula kakaknya.
Ita menyaksikan secara langsung detik-detik terakhir kehidupan anak itu di sebuah klinik.
"Itu saya tangani sendiri.
Saya datang ke klinik tempat dia dirawat dan saya dengan tangan saya itu saya mendampingi dia untuk dia pergi untuk selamanya.
Meninggal itu pukul 11.20 menit," ungkapnya.
Setelah meninggal, Ita ikut membersihkan jenazah Fransisca.
Di sanalah ia menemukan kondisi alat kelamin korban rusak parah akibat kekerasan seksual yang dialaminya.
"Dan kemudian saya bersihkan bersama perawat.
Maaf, alat kelaminnya rusak karena diperkosa dengan botol dan saya harus membersihkan.
Kemudian saya bawa ke Cilincing untuk dikremasi dan juga saya bawa abunya untuk dilarung," katanya.
Cerita tentang Fransisca bukan satu-satunya.
Ia hanya salah satu dari puluhan hingga ratusan korban yang tercatat dalam laporan TGPF.
Pernyataan Fadli Zon tentang tidak adanya pemerkosaan massal dalam tragedi Mei 1998 dianggap sebagai bentuk penghapusan sejarah.
Publik pun marah.
Banyak pihak mendesak agar Fadli Zon meminta maaf atas ucapannya.
Namun hingga kini, permintaan itu belum ditanggapi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok