Repelita Jakarta - Pernyataan lama ekonom senior almarhum Faisal Basri kembali mencuat dan menjadi sorotan setelah kasus tambang di Raja Ampat menjadi perbincangan hangat di publik.
Dalam sebuah video lawas yang viral di media sosial pada 10 Juni 2025, Faisal secara blak-blakan mengkritik kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang diterapkan mantan Presiden Jokowi.
Ia menyebut kebijakan tersebut justru memberi dampak kerugian besar bagi negara.
Menurut Faisal, 95 persen bijih nikel Indonesia digunakan oleh perusahaan asal Tiongkok.
“Yang paling banyak merugikan negara itu Pak Jokowi. Anda tahu akibat nikel dilarang, bijih nikel yang dilarang ya, 95 persen bijih nikel itu dipakai untuk perusahaan China,” ujar Faisal dalam video itu.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah menetapkan harga penjualan bijih nikel ke Tiongkok jauh di bawah harga pasar global.
“Dikasih harga, kan gak ada harganya. Harganya di Shanghai 80 dollar. Pemerintah resmi menetapkan buat China itu 34 dollar,” katanya menambahkan.
Faisal pun menuding bahwa produk hasil olahan nikel tersebut diekspor ke Tiongkok tanpa membayar pajak ekspor selama puluhan tahun.
“95 persen produknya diekspor ke China, bebas bayar pajak 30 tahun. Tolol itu namanya,” cetus Faisal dengan nada geram.
Pernyataan tersebut ramai dibagikan ulang di tengah polemik tambang nikel Raja Ampat, yang menyeret nama mantan presiden dan keluarganya.
Warganet mengaitkan pernyataan Faisal dengan kemunculan dua kapal angkut nikel bernama Dewi Iriana dan JKW Mahakam.
Akun @Xerathvox menulis, “Mau tau sesuatu yang sangat membagongkan? Kapal pengangkut nikel itu bernama DEWI IRIANA dan JKW Mahakam. Bejat se bejat bejatnya.”
Nama dua kapal tersebut memicu spekulasi liar di tengah isu keterlibatan keluarga mantan presiden dalam aktivitas pertambangan.
Kapal itu diketahui terkait dengan PT IMC Pelita Logistik Tbk, perusahaan logistik laut yang bergerak dalam transportasi komoditas tambang dan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, nama Iriana juga dikaitkan oleh netizen dengan dua perusahaan tambang lainnya, yakni PT Iriana Mutiara Idenburg dan PT Iriana Mutiara Mining, yang diduga memiliki konsesi tambang di Papua.
Dua perusahaan tersebut disebut mengantongi izin eksplorasi emas dan nikel di wilayah Keerom, Pegunungan Bintang, serta Sarmi, Papua.
Dalam unggahan akun @StefanAntonio__, disebutkan bahwa luas konsesi eksplorasi emas mencapai 95.280 hektare, sementara tambang nikel mencapai 16.470 hektare.
“Nama Mom Iriana sedang explorasi nikel dan emas ini beneran punya istri bro Jokowi kah? Karena luas area tambangnya fantastiz brow,” tulis Stefan.
Di tengah ramainya kasus Raja Ampat, pernyataan lama Faisal kini kembali jadi pengingat publik soal kontroversi kebijakan nikel di era Jokowi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok