Repelita Washington - Hubungan erat antara Amerika Serikat dan Israel pernah mengalami retakan serius akibat insiden tragis yang terjadi pada 8 Juni 1967 di Laut Tengah.
Kapal militer AS, USS Liberty, yang tengah menjalankan misi pengintaian, mendadak diserang oleh militer Israel di perairan internasional dekat Semenanjung Sinai.
Insiden ini terjadi pada hari keempat Perang Enam Hari antara Israel dan negara-negara Arab.
Pagi itu, suasana di atas USS Liberty berlangsung tenang hingga radar kapal mendeteksi dua titik mencurigakan yang melaju cepat.
Beberapa saat kemudian, dua pesawat tak dikenal mendekat dan langsung menghujani kapal dengan tembakan.
Serangan udara ini menewaskan sembilan awak dan melukai puluhan lainnya, termasuk Kapten William L. McGonagle.
Belum selesai dengan gempuran dari udara, kapal juga menjadi sasaran serangan dari laut.
Beberapa kapal torpedo milik Israel mendekat dan meluncurkan lima torpedo ke arah USS Liberty.
Satu torpedo meledak dan merobek lambung kapal, menewaskan 25 awak tambahan dan membawa kapal ke ambang kehancuran.
Total korban jiwa dari peristiwa itu mencapai 34 orang, sementara lebih dari 170 lainnya luka-luka.
Para awak yang selamat banyak mengalami luka bakar dan trauma berat.
Saat salah satu kapal torpedo Israel mendekati sekoci penyelamat, mereka menyadari kesalahan fatal yang telah terjadi.
Lambang Angkatan Laut Amerika Serikat terlihat jelas di badan kapal.
Serangan tersebut ternyata mengenai kapal sekutu sendiri.
Israel langsung menyatakan bahwa serangan dilakukan karena kesalahan identifikasi.
Klaim tersebut menyebut kapal bergerak tanpa identitas, tidak mengibarkan bendera, dan memasuki wilayah yang sensitif di masa perang.
Kesalahan ini diperparah oleh fakta bahwa kapal tersebut tengah menjalankan misi rahasia dan tidak diumumkan keberadaannya ke pihak lain, termasuk Israel.
Misi pengintaian itu dilakukan Pentagon secara tertutup untuk memantau situasi perang tanpa diketahui negara-negara yang terlibat.
Namun, langkah menyamarkan USS Liberty justru membuatnya tampak mencurigakan.
Israel, yang saat itu tengah waspada penuh terhadap serangan dari Mesir, menganggap kapal asing tersebut sebagai ancaman.
Serangan dilakukan tanpa verifikasi yang memadai, dan hasilnya fatal.
Begitu insiden diketahui Washington, reaksi keras pun meletup.
Awalnya, AS mengira bahwa serangan dilakukan Uni Soviet.
Namun, begitu informasi terverifikasi bahwa pelaku adalah Israel, ketegangan diplomatik meledak.
Israel kemudian menyampaikan permintaan maaf resmi dan memberikan kompensasi senilai 12 juta dolar AS kepada keluarga korban.
Meski Presiden Lyndon B. Johnson menerima permintaan maaf itu, insiden tersebut tetap membekas sebagai salah satu tragedi kelam dalam sejarah hubungan militer dua negara.
Banyak pihak menilai sikap AS terhadap Israel terlalu lunak dalam menghadapi kasus tersebut.
Sebagian keluarga korban dan mantan pejabat militer hingga kini masih menyimpan kekecewaan.
Serangan terhadap USS Liberty merupakan insiden pertama pasca-Perang Dunia II di mana kapal militer AS diserang secara langsung oleh negara sahabat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok