Repelita Jakarta - Dampak serangan rudal Iran ke wilayah Israel tak hanya menghancurkan bangunan, tapi juga memicu tekanan mental besar bagi warga.
Media Israel mengungkap adanya peningkatan 350 persen dalam panggilan darurat ke pusat bantuan trauma hanya beberapa jam setelah serangan terjadi.
Asosiasi Pusat Trauma Israel melaporkan bahwa warga mengalami gejala trauma serius seperti serangan panik, tubuh gemetar, menangis tanpa henti, jantung berdebar, hingga ketakutan berlebihan.
“Orang-orang menelepon sambil menangis. Mereka bilang mereka merasa kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Beberapa terlalu takut untuk membuka pintu,” kata Direktur Jenderal Asosiasi, Efrat Shafrut.
Banyak dari mereka memilih tetap bersembunyi di dalam bunker selama berjam-jam meski sirene telah berhenti berbunyi.
Uniknya, media-media Israel yang biasanya menampilkan kekuatan militer kini lebih banyak menyiarkan tangisan warga, reruntuhan, dan trauma sipil.
Situasi ini mengundang reaksi dari jurnalis investigasi Dandhy Laksono.
Melalui akun X pribadinya, Dandhy menyampaikan kritik tajam atas standar kemanusiaan ganda yang kerap dipertontonkan selama konflik Israel–Palestina.
“Israel dan sebagian warganya telah menghancurkan standar kemanusiaan di abad 21. Membuat pembantaian di Palestina hal rutin dan jadi konten olok-olok,” tulis Dandhy.
“Kini di atas puing kehancuran standar kemanusiaan itu, Israel mengais sisa simpati dunia untuk warganya yang jadi korban misil,” lanjutnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok