
Repelita Jakarta - Pernyataan politikus senior PDIP Beathor Suryadi tentang dugaan ijazah Fakultas Kehutanan UGM milik Presiden ke-7 RI Joko Widodo dicetak ulang di Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, memicu reaksi luas di tengah publik.
Beathor menyebut pencetakan ulang ijazah tersebut dilakukan secara terburu-buru menjelang pencalonan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Presidium Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (Aksi), Nurmadi H. Sumarta, menyayangkan sikap Jokowi yang hingga kini belum bersedia menunjukkan ijazah aslinya kepada publik.
Nurmadi menilai, keengganan ini justru memperkuat kecurigaan publik terhadap keabsahan dokumen tersebut.
"Pengacara Jokowi bahkan menyebut jika ijazah ditunjukkan justru bisa bikin kekacauan. Ini membuat masyarakat makin bertanya-tanya," ujar akademisi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) itu.
Ia mengingatkan agar Jokowi berani bersikap terbuka agar tidak terus menerus terbebani isu tersebut.
"Bahkan ada yang mengaitkan kondisi kesehatan Presiden dengan tekanan psikologis akibat isu ini," sambung Nurmadi.
Dalam pernyataannya, ia mengutip pepatah Jawa, sopo salah bakal seleh, yang berarti siapa yang bersalah pada akhirnya akan tumbang.
"Jujur saja, buka saja, tunjukkan apa adanya. Jangan berkepanjangan. Becik ketitik olo ketoro," katanya.
Nurmadi juga menyindir bahwa sikap berlarut-larut hanya akan menimbulkan stres baru.
Sementara itu, Beathor mengklaim beberapa tokoh telah melihat langsung ijazah Jokowi, seperti Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2024 Prasetyo Edi Marsudi, mantan Ketua KPU DKI Juri Ardiantoro, dan mantan Anggota DPRD DKI Fraksi Gerindra M Syarif.
Namun menurut Beathor, melihat dokumen tidak otomatis berarti bisa membuktikan keasliannya jika tidak ada niat menyelidiki lebih dalam.
“Tidak semua orang bisa mengenali keaslian dokumen, apalagi jika tidak ada niat untuk menyelidikinya,” ujarnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

