Repelita Jakarta - Bank Dunia merilis laporan Macro Poverty Outlook 2025 pada 10 April 2025.
Laporan itu menempatkan Indonesia dalam kategori negara berpendapatan menengah atas.
Dengan klasifikasi tersebut, garis kemiskinan dihitung pada pendapatan 6,85 dolar AS atau sekitar Rp111.600 per kapita per hari.
Siapa pun yang penghasilannya di bawah angka itu digolongkan miskin versi Bank Dunia.
Metode ini berbeda dengan Badan Pusat Statistik yang memakai garis kemiskinan nasional Rp595.242 per bulan.
Bank Dunia mencatat tingkat kemiskinan Indonesia pada 2024 berada di angka 60,3 persen, turun tipis dari 61,8 persen pada 2023.
Persentase itu menempatkan Indonesia di posisi keempat tertinggi di dunia setelah Afrika Selatan, Namibia, dan Botswana, lalu diikuti Guatemala, Guinea Khatulistiwa, Armenia, Fiji, Georgia, dan Gabon.
Dalam laporan yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 tercatat 5 persen, partisipasi angkatan kerja 67,2 persen, dan inflasi 2,3 persen.
Bank Dunia menilai pertumbuhan tetap terjaga dan kemiskinan menurun, tetapi penciptaan lapangan kerja kelas menengah masih tertinggal.
Mereka menyebut ketidakpastian kebijakan, khususnya di bidang perdagangan, memicu arus keluar investasi dan menekan nilai rupiah.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan Indonesia rata-rata 4,8 persen hingga 2027 dan menekankan perlunya reformasi struktural, kehati-hatian fiskal, serta kebijakan moneter yang solid untuk mempercepat produktivitas dan mempertahankan momentum ekonomi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

