Repelita Jakarta - Bank Indonesia merilis data terbaru terkait Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga akhir kuartal I tahun 2025.
Dalam laporan tersebut, ULN tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen secara tahunan.
Jika dikonversi ke dalam rupiah, jumlah tersebut mencapai lebih dari Rp7.100 triliun.
Kenaikan signifikan ini mencerminkan akumulasi utang luar negeri yang pada Maret 2025 tercatat senilai US$ 430,4 miliar.
Dari jumlah tersebut, porsi utang luar negeri milik pemerintah mengalami peningkatan sebesar 7,6 persen secara tahunan.
Nilainya mencapai US$ 206,9 miliar atau sekitar Rp3.413 triliun.
Mayoritas pembiayaan digunakan untuk mendukung kebutuhan belanja negara yang bersumber dari penerbitan surat utang.
Di sisi lain, utang luar negeri yang berasal dari sektor swasta justru mencatatkan penurunan sebesar 1,2 persen.
Angkanya menjadi US$ 195,5 miliar atau sekitar Rp3.225 triliun.
Penurunan tersebut berasal dari sejumlah sektor utama, seperti industri pengolahan, penyediaan listrik dan gas, pertambangan dan penggalian, serta layanan keuangan dan asuransi.
Bank Indonesia mencatat bahwa 30,6 persen dari total ULN berasal dari entitas swasta.
Secara keseluruhan, sekitar 84,7 persen dari total utang luar negeri Indonesia merupakan utang jangka panjang.
Sebagian besar beban utang tersebut juga masih proporsional terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

