Repelita Jakarta - Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia, telah lama dikenang oleh masyarakat sebagai Bapak Pembangunan.
Karena itu, menurut sejumlah pengamat, tidak ada urgensi untuk memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional bagi tokoh tersebut.
Direktur Pusat Riset Politik, Hukum, dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengusulkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.
Ia menilai publik sudah menaruh penghargaan tinggi terhadap sosok Soeharto melalui pengakuan informal sebagai arsitek pembangunan bangsa.
Pemberian gelar resmi justru dikhawatirkan menimbulkan reaksi negatif karena keterkaitannya dengan keluarga Presiden Prabowo Subianto yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan keluarga Cendana.
"Tanpa gelar resmi pun masyarakat telah menempatkan Soeharto di hati mereka sebagai Bapak Pembangunan.
Gelar tersebut memiliki makna dan bobot yang setara dengan Pahlawan Nasional," ujar Saiful.
Menurutnya, mendorong pemberian gelar Pahlawan Nasional dalam kondisi politik saat ini bisa memicu perdebatan di ruang publik.
Hubungan keluarga Prabowo dengan Cendana dapat memunculkan kecurigaan bahwa pemberian gelar itu sarat kepentingan politik.
Saiful juga menambahkan bahwa kenangan masyarakat terhadap kepemimpinan Soeharto sudah cukup kuat.
Ia tetap dikenang karena jasa-jasanya dalam membangun infrastruktur dan menumbuhkan ekonomi nasional.
"Lebih baik saat ini pemerintah fokus menyelesaikan agenda kenegaraan dan memperhatikan kebutuhan rakyat, daripada membuka ruang perdebatan baru yang tidak produktif," tutupnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok