Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sindir Ratna Sarumpaet, Netizen: Penyebar Hoaks Oplas Itu Kini Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

5 Terpopuler Nasional, Ratna Sarumpaet Bebas Bersyarat dan Febri Diansyah  Putuskan Tak Lagi Jadi Jubir KPK

Repelita Jakarta - Akun X @MurtadhaOne1 kembali menarik perhatian publik dengan sindiran pedas terhadap aktivis dan budayawan Ratna Sarumpaet.

Dalam unggahannya, Murtadha menyinggung upaya Ratna yang ingin kembali terlibat dalam narasi sejarah nasional.

Ia menulis, “Serem! Penyebar Hoaks Oplas Itu Kini Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia.”

Unggahan tersebut disertai foto Ratna Sarumpaet bersama Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.

Reaksi warganet pun muncul, banyak yang mengingat kasus tahun 2018 ketika Ratna terbukti menyebarkan kebohongan soal operasi plastik yang diklaim akibat penganiayaan politik.

Kasus ini sempat mengguncang suasana politik nasional jelang Pilpres 2019.

Kini kemunculan Ratna yang terkait dengan sejarah dan kebangsaan memunculkan pertanyaan tentang kredibilitasnya.

Murtadha One yang dikenal sebagai pegiat media sosial kritis mengingatkan agar sejarah bangsa tidak dimanipulasi oleh pihak dengan rekam jejak kontroversial.

Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkap pandangannya soal penulisan sejarah nasional.

Fadli menyoroti istilah orde lama dan orde baru yang selama ini melekat dalam narasi sejarah Indonesia.

Menurut Fadli, pemerintah orde lama tidak pernah menyebut dirinya sebagai orde lama, sementara istilah orde baru memang digunakan oleh pemerintah saat itu.

Ia menegaskan pentingnya menulis sejarah dengan pendekatan positif terhadap semua pemimpin bangsa.

Setiap era pemerintahan mulai dari Soekarno, Soeharto hingga Jokowi pasti memiliki kekurangan, namun juga banyak pencapaian yang layak diapresiasi.

“Kalau mau dicari kesalahannya pasti ada. Gak ada yang sempurna,” ujarnya tegas.

Fadli mengajak agar penulisan sejarah lebih menonjolkan kontribusi dan keberhasilan para pemimpin dalam membangun bangsa.

Penulisan sejarah sebaiknya memuat kepentingan nasional dan integritas negara dengan menampilkan pencapaian dan rencana yang belum terlaksana.

Ia menegaskan bangsa ini tidak sedang menyusun sejarah untuk membesar-besarkan kekurangan, melainkan untuk mencatat warisan kontribusi para pemimpin bangsa.

“Kita bukan mau menonjolkan sejarah kekurangan, tapi sejarah apa yang telah dilakukan. Dari Bung Karno, pak Harto, sampai pada pak Jokowi,” tutupnya.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved