Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Peneliti Rismon Sianipar Kritik Keras Kebutuhan Izin Polisi untuk Kajian Ijazah Jokowi

 Misteri Teknologi dalam Skripsi Jokowi: Pakar Forensik Bongkar Kejanggalan

Repelita Jakarta - Ahli forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar menjalani pemeriksaan sebagai saksi oleh Polda Metro Jaya terkait dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

Proses pemeriksaan berlangsung lebih dari enam jam dengan 97 pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Rismon mengungkapkan kekagetannya bukan pada jumlah pertanyaan, melainkan pada pertanyaan yang mempertanyakan otoritasnya melakukan penelitian terhadap dokumen milik Jokowi.

Menurutnya, penelitian ilmiah seharusnya tidak memerlukan izin dari institusi seperti kepolisian, kejaksaan, atau pengadilan.

Ia menilai jika hal itu menjadi syarat, maka akan menciptakan preseden buruk bagi dunia akademik di Indonesia.

Rismon menegaskan bahwa independensi peneliti harus dijaga sebagai prinsip dasar dalam negara demokrasi.

Ia menyatakan jika peneliti harus meminta izin terlebih dahulu, maka generasi akademisi ke depan akan takut melakukan penelitian.

Dokumen yang dianalisis Rismon diperoleh secara publik dari unggahan seorang politisi.

Namun, pertanyaan penyidik membuatnya seolah-olah telah melakukan tindakan ilegal dengan meneliti dokumen yang sudah tersebar luas.

Rismon menganggap meneliti dokumen publik adalah kewajiban akademisi.

Ia menyayangkan hasil penelitiannya diproses secara hukum, bukan dijawab dengan diskusi ilmiah.

Ia menduga jika hasil penelitian menyatakan dokumen asli, dia tidak akan dipanggil penyidik.

Namun karena hasil berbeda, ia justru dilaporkan.

Rismon menilai masalah ini bukan soal kebenaran, melainkan ketidaksukaan terhadap hasil penelitiannya.

Lebih jauh, Rismon mengungkapkan kekhawatiran akan masa depan kebebasan akademik di Indonesia.

Ia memperingatkan jika kondisi ini dibiarkan, akademisi akan enggan meneliti hal yang berhubungan dengan kekuasaan.

Rismon menegaskan dirinya tidak takut, namun sedih memikirkan generasi akademisi berikutnya yang bisa takut meneliti hanya karena hasilnya tidak sesuai dengan penguasa.

Beberapa rekannya di dunia akademik menyetujui hasil analisisnya.

Namun, karena takut tekanan dan risiko kehilangan pekerjaan, mereka memilih diam dan tidak berani bersuara.

Rismon mempertanyakan manfaat ribuan doktor dan profesor jika mereka takut menyuarakan kebenaran. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved