Repelita Jakarta - Analis forensik digital Josua M Sinambela mengungkap kebohongan yang dilakukan Roy Suryo dan kelompoknya terkait skripsi mantan Presiden Jokowi.
Roy Suryo cs selama ini mengklaim memperoleh sendiri dokumen skripsi Jokowi dari perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun, klaim tersebut dibantah keras oleh Josua Sinambela.
Dokumentasi foto skripsi Jokowi yang beredar sebenarnya milik Josua Sinambela.
Ia mengirimkan sejumlah foto dan video tersebut kepada Rismon Sianipar.
Ternyata, rekaman itu dimanfaatkan oleh Roy Suryo dan kelompoknya untuk mencari kesalahan pada ijazah Jokowi.
Rismon Sianipar juga membandingkan skripsi Jokowi dengan karya tulis lain yang dibuat dengan mesin ketik.
Padahal, dalam dokumentasi milik Josua, terdapat banyak skripsi lain yang tampilannya sama persis dengan milik Jokowi.
Roy Suryo menyatakan bahwa dokumen itu ditemukan Rismon di perpustakaan UGM.
Roy Suryo menyebut seorang pakar digital forensik dari Balige yang berkunjung ke UGM pada 15 Maret berhasil menemukan skripsi tersebut.
Menurut Roy, pakar itu mengajukan hipotesis pertama bahwa skripsi Jokowi dibuat dengan jenis huruf Times New Roman, sehingga dinilai palsu.
Roy Suryo juga mengaku pernah mencari skripsi tersebut langsung ke UGM namun tidak berhasil menemukannya.
Saat berkunjung ke Fakultas Kehutanan UGM, Roy diberi tahu bahwa skripsi itu tidak ada di sana.
Roy menilai keberuntungan ada di pihak Rismon yang dapat menemukan dokumen tersebut.
Pernyataan ini langsung disanggah oleh Josua M Sinambela selaku pemilik dokumentasi asli skripsi Jokowi.
Josua bersama para ahli forensik digital sudah sangat kecewa dengan tindakan Roy Suryo dan kelompoknya.
Ia menyatakan sejak bulan lalu, banyak pakar asli forensik menahan diri melihat aksi para ahli palsu yang memperlihatkan kebodohan mereka.
Josua membagikan bukti berupa foto skripsi dan tangkapan layar chat yang menunjukkan pengiriman dokumen ke Rismon Sianipar.
Dalam chat tersebut, Rismon meminta Josua untuk mendiskusikan teknologi yang tersedia pada tahun 1985 untuk membuat lembar pengesahan skripsi.
Namun, hingga kini Rismon belum mau bertemu untuk membahas lebih lanjut dan hanya beralasan sedang mencari jadwal.
Pertemuan yang dijanjikan sejak Maret 2025 itu belum terlaksana hingga saat ini.
Josua menyebut ada oknum pakar palsu yang mengaku sudah lama melihat skripsi Jokowi, padahal hanya menggunakan video dan foto dari dokumentasi yang pernah dikirimkan olehnya.
Ia menyindir Roy Suryo dan kelompoknya yang tidak memahami fungsi alat forensik digital yang digunakan.
Josua menjelaskan bahwa alat ELA hanya untuk menganalisis manipulasi file digital, bukan dokumen fisik.
Ia juga mengkritik penggunaan teknologi deepface dan facenet yang membandingkan foto berkualitas rendah berusia 40 tahun dengan foto terbaru yang baru diambil.
Josua menyarankan agar Roy Suryo dan kelompoknya terus berteriak karena kebohongan mereka akan semakin terbuka.
Ia menutup dengan menyatakan bahwa pihaknya hanya menikmati kelakuan mereka dari kejauhan tanpa perlu ikut campur.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok