
Repelita Jakarta - Direktur Utama PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung dalam kasus dugaan korupsi yang melibatkan dana perusahaan.
Penetapan tersangka ini dilakukan pada Selasa, 20 Mei 2025, dan menjadi pintu masuk untuk menguak kembali serangkaian skandal lama yang selama ini tertutup rapat.
PT Sritex tengah menjadi perhatian karena memiliki total utang sebesar Rp26,2 triliun.
Rinciannya terdiri dari utang kepada kreditur separatis sebesar Rp716,7 miliar dan tagihan dari kreditur konkuren senilai Rp25,3 triliun.
Wartawan senior Aghi Betha mengapresiasi langkah kejaksaan yang berani membuka kembali kasus besar yang sebelumnya tenggelam.
Ia menyebut bahwa skandal Sritex menyimpan banyak misteri yang berkaitan dengan praktik-praktik mencurigakan beberapa tahun lalu.
“Yang jelas, sekarang di kasus Sritex ini menyembunyikan banyak persoalan di baliknya, karena kemudian kita kembali kepada kasus beberapa tahun belakangan, begitu. Yang ketika itu kasusnya muncul, tapi tidak keluar, begitu,” kata Aghi dalam kanal Youtube Off The Record FNN.
Dalam perbincangan itu, Aghi menjelaskan bahwa awal mula perkara ini sebenarnya telah terlacak sejak 2020 melalui laporan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Saat itu, Sritex dilaporkan masih mencatatkan keuntungan sekitar Rp1,5 triliun meskipun pandemi tengah melanda.
Namun setahun kemudian, kondisi keuangan Sritex anjlok tajam dengan mencatatkan kerugian hingga Rp15,6 triliun.
Ironisnya, di periode tersebut Sritex juga mendapat proyek pembuatan goodie bag untuk kebutuhan bansos yang jumlahnya masih dipertanyakan.
“Ini kan jomplang sekali begitu. Padahal ketika itu mereka mendapatkan juga orderan berupa goodie bag, ini juga masih simpang siur jumlah goodie bag tersebut. Goodie bag untuk apa wadah dari sembako yang dibagikan kepada rakyat sekian juta rakyat. Kalau dari ada keterangan yang menyatakan itu hanya sekitar 1,9 juta goodie bag yang diorder kepada Sritex,” ujar Aghi.
Aghi juga menyoroti bahwa kasus ini sempat menghilang dari radar publik sejak 2021 hingga 2025.
Namun penetapan tersangka terhadap pimpinan Sritex menjadi momentum penting untuk membuka kembali fakta-fakta yang selama ini tersembunyi.
“Dan kita lihat kejaksaan lho yang main, yang memeriksa, bukan KPK,” tegasnya.
Ia kemudian mengaitkan keterlibatan pihak yang memiliki kedekatan dengan lingkaran kekuasaan, khususnya keluarga Presiden Joko Widodo.
Menurut Aghi, terdapat peran anak Presiden dalam proyek pembuatan tas bansos pada 2021 yang diduga menjadi bagian dari praktik menyimpang tersebut.
“Nah, inilah yang kemudian kita masih ingat, ketika itu, ada laporan khusus dari Tempo, investigasi dari Tempo yang menyebut ini adalah atas rekomendasi Pak Lurah. Dan Pak Lurah bisa mengacu kepada nama Pak Jokowi, ketika itu disebut, ini atas rekomendasi dari anak Pak Lurah, kita mungkin sebutnya sebagai Gibran ketika itu ya, karena Kaesang ketika itu belum masuk ke dalam politik dan pemerintahan,” ungkap Aghi.
Seiring perkembangan kasus, PT Sritex akhirnya dinyatakan pailit dan resmi berhenti beroperasi pada 1 Maret 2025.
Keputusan tersebut ditetapkan dalam rapat kreditur pada 28 Februari 2025.
Imbas dari kepailitan ini, sebanyak 10.665 pekerja dari seluruh unit usaha Sritex Group harus kehilangan pekerjaan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

