![]()
Repelita Jakarta - Organisasi masyarakat GRIB Jaya kembali menjadi sorotan setelah muncul berbagai tudingan negatif terkait aktivitas mereka.
Perhatian publik terpusat pada sengketa lahan milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di wilayah Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Nama besar Hercules Rozario Marshall, Ketua Umum GRIB Jaya yang dikenal sebagai sosok legendaris, ikut terseret dalam kontroversi tersebut.
Hercules sebelumnya dikenal sebagai preman besar di Tanah Abang, namun kini aktif di bidang sosial dan politik melalui organisasi tersebut.
Masa lalu Hercules masih membekas dalam benak sebagian masyarakat, terutama dengan munculnya tuduhan bahwa GRIB Jaya menyalahgunakan lahan negara untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.
Sekretaris Jenderal GRIB Jaya, Zulfikar, menyampaikan sikap organisasi terhadap berbagai serangan yang dialami.
Menurut Zulfikar, Hercules telah menginstruksikan seluruh anggota untuk menghadapi serangan negatif dengan cara yang tegas.
Hercules tidak mentolerir tindakan kriminal di dalam tubuh organisasi dan menetapkan kebijakan ketat, termasuk penghentian penerimaan anggota baru sebagai bentuk konsolidasi.
Namun, instruksi utama yang diberikan bukan terkait kekuatan fisik atau unjuk massa seperti masa lalu.
Sebaliknya, perlawanan dilakukan melalui media sosial.
Zulfikar mengungkapkan banyak akun palsu di platform digital sengaja dibuat untuk menjatuhkan nama baik Hercules dan GRIB Jaya.
Dia menyebutkan bahwa video lama yang diedit dan disebarluaskan dengan konteks menyesatkan juga menjadi salah satu bentuk serangan.
Terdapat dugaan pemanfaatan teknologi AI untuk membuat konten negatif terhadap Ketua Umum.
Sebagai tanggapan, seluruh anggota diinstruksikan aktif melawan melalui media sosial dengan memberikan komentar.
Zulfikar menegaskan tidak menyarankan tindakan kekerasan fisik, melainkan perlawanan opini lewat kolom komentar.
Menurutnya, dengan jumlah anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, GRIB Jaya mampu meluruskan narasi negatif yang beredar.
“Mereka harus dilawan dengan komentar-komentar yang mendukung,” ujarnya.
Langkah ini menunjukkan kesetiaan anggota terhadap Hercules dan organisasi.
Zulfikar menambahkan bahwa perlawanan ini tidak membutuhkan biaya, hanya dengan kekuatan jari untuk mengetik komentar positif.
Jika seluruh anggota bersatu, opini positif bisa lebih dominan dibandingkan narasi negatif di media sosial.
Dengan cara ini, nama baik Hercules diharapkan dapat pulih dan masyarakat luas memahami GRIB Jaya sebagai organisasi resmi dan profesional, bukan kelompok preman.
Fokus utama saat ini adalah penataan internal organisasi dan memperkuat citra positif lewat media sosial. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

