Repelita, Jakarta - Ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM, Senin (3/3/2025), mendapat komentar dari Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni di akun Twitter-nya. Terkait hal tersebut, Ketua Takmir Masjid Kampus UGM Mohamad Yusuf menanggapi bahwa setiap pernyataan Anies Baswedan memang selalu mendapat perhatian dan komentar.
"Terkait dengan (ceramah) Pak Anies, beliau ini kan memang ngomong apapun pasti dikomentari," ujar Yusuf.
Yusuf menambahkan bahwa tidak hanya Anies, sejumlah tokoh lain yang memberikan ceramah di Masjid Kampus UGM dalam acara Ramadhan Public Lecture juga menyampaikan isu yang serupa.
"Yang menyampaikan itu bukan hanya Pak Anies, banyak pembicara di tiga kegiatan RDK (Ramadhan di Kampus) itu topik-topiknya dan pembicaranya juga kurang lebih sama, menyampaikan kegelisahan yang sama. Jadi kalau hanya melihat Pak Anies saja itu salah, menurut saya," ujarnya.
Yusuf juga menegaskan bahwa ceramah Anies di Masjid Kampus UGM tidak bisa disamakan dengan ceramah di masjid pada umumnya. Sebagai bagian dari kampus, Masjid Kampus UGM memiliki peran dalam membangun nalar kritis.
"Kampus itu kan salah satu aspek utamanya adalah pembangunan nalar kritis bagi civitas akademika. Nah, saya pikir konsep itu juga diemban oleh masjid, karena dia ada di lingkungan kampus," jelas Yusuf.
Menurutnya, ketika pembicara menyampaikan kritik terhadap kebijakan negara, hal itu merupakan bagian dari upaya membangun nalar kritis yang sejalan dengan nilai-nilai kampus.
"Ketika ada topik yang disampaikan oleh pembicara yang arahnya mengkritisi kebijakan negara, kebijakan negara itu bukan hanya pemerintah, tetapi juga kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, menurut saya itu hal yang wajar. Karena itu bagian dari membangun nalar kritis di kampus, salah satunya melalui masjid," tambahnya.
Yusuf menjelaskan bahwa Anies Baswedan dipilih sebagai pembicara karena relevansi dengan tema besar Ramadhan di Kampus (RDK) yang diusung tahun ini, yaitu "Ramadhan Berdaya".
"Awal itu kami merumuskan tema besar untuk Ramadhan tahun ini. Untuk kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK), tema besarnya adalah Ramadhan Berdaya, pembangunan yang inklusif dan sebagainya," ujarnya.
Dia menambahkan, tema tersebut dirumuskan untuk mencakup berbagai aspek, seperti ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur. Pemilihan pembicara dilakukan dengan mempertimbangkan kapasitas untuk menyampaikan materi sesuai tema yang telah ditetapkan.
"Kami juga membuat TOR, jadi setiap tema itu pasti ada term of reference-nya. Apa yang menjadi dasar pemilihan tema, apa yang kami harapkan topik yang dibawakan oleh pembicara. Itu yang kami berikan kepada pembicara dan diharapkan pembicara itu berpegangan kepada TOR yang kami berikan," ungkap Yusuf.
Yusuf mengungkapkan bahwa kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK) UGM telah berlangsung selama puluhan tahun dan menjadi tradisi yang terus dirawat.
"Kami mengidamkan masjid ini bukan hanya menjadi satu ruang terbangunnya spiritualitas, tetapi juga terbangunnya intelektualitas," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa topik-topik yang diusung dalam RDK UGM tidak hanya berkaitan dengan aspek keagamaan, tetapi juga dengan masalah sosial kemasyarakatan.
"Kalau melihat keseluruhan mulai topik besarnya sampai dengan topik turunannya itu menunjukkan bahwa kami memiliki upaya dan harapan membangun dua aspek tadi, spiritualitas dan intelektualitas," ujar Yusuf.
Pilihannya terhadap pembicara dilakukan dengan ketat, terutama menjelang Pemilu dan Pilkada. Masjid Kampus UGM menghindari mengundang tokoh-tokoh yang mencalonkan diri.
"Tahun lalu, Pak Mahfud, Pak Ganjar, Pak Anies tidak kami undang, karena kami tidak ingin bicara politik praktis. Harus bisa dibedakan politik praktis dengan pendidikan politik. Ini bukti bahwa kami tidak mengajarkan politik praktis," ujar Yusuf.
Namun, jika materi ceramah berkaitan dengan pendidikan politik, Yusuf menyatakan bahwa hal tersebut sangat wajar.
"Bahwa kemudian ada pendidikan politik dalam materi yang disampaikan pembicara menurut saya wajar dan itu in line dengan harapan kami menjadi satu media membangun nalar kritis," kata Yusuf.
Para tokoh yang telah mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM termasuk Mahfud MD, Anies Baswedan, Seto Mulyadi, dan Ganjar Pranowo. Selain itu, ada juga Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria.
Yusuf menekankan bahwa ketokohan bukanlah pertimbangan utama dalam memilih pembicara. Yang terpenting adalah kapasitas pembicara dalam menyampaikan materi yang relevan.
"Jadi sekali lagi, kami tidak melihat ketokohannya, ketokohan itu nomor sekian, tapi kami melihat kapasitas beliau untuk menyampaikan materi yang kami usulkan, topik yang kami usulkan," tutupnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok