Repelita Jakarta - Perum Bulog memberikan klarifikasi terkait temuan kutu dalam beras impor yang tersimpan di gudang mereka. Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, menyatakan bahwa keberadaan kutu dalam beras yang disimpan dalam waktu lama merupakan hal yang sulit dihindari.
"Apalagi beras ini merupakan cadangan pangan pemerintah yang disimpan dalam waktu yang relatif lama," ujar Suyamto.
Bulog memastikan telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian hama, termasuk menerapkan konsep Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT) untuk menjaga kualitas beras tetap baik. Selain itu, pemantauan berkala juga dilakukan untuk mencegah penyebaran hama. Jika ditemukan kutu, tindakan cepat seperti penyemprotan dan fumigasi segera dilakukan.
"Tindakan perawatan kualitas juga kami lakukan apabila terjadi serangan hama dengan spraying dan fumigasi untuk memastikan beras yang dikeluarkan dari gudang bebas dari hama," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto, mengungkapkan adanya temuan beras impor berkutu di Gudang Perum Bulog saat kunjungan ke Yogyakarta.
“Pada kunjungan kerja ke Jogja, saya memimpin tim meninjau Gudang Bulog. Di sana, kami menemukan beras sisa impor tahun lalu yang sudah banyak kutunya,” ungkap Titiek dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertanian di Gedung Nusantara.
Titiek meminta Kementerian Pertanian segera menangani permasalahan ini karena beras impor yang sudah terkontaminasi kutu dianggap tidak layak dikonsumsi oleh masyarakat.
“Mohon segera ditindaklanjuti, karena beras tersebut sudah tidak layak dikonsumsi manusia,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan bahwa beras impor yang terkontaminasi kutu akan segera dikeluarkan dari gudang. Namun, ia menegaskan bahwa beras tersebut tidak akan didistribusikan kepada masyarakat, baik melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun sebagai beras bantuan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok