Repelita, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, merespons komentar Menteri Kehutanan Indonesia, Raja Juli Antoni, yang beberapa waktu lalu menyinggung ceramahnya di Masjid Universitas Gajah Mada (UGM).
Raja Juli, melalui cuitan di X, menyatakan bahwa masjid seharusnya menjadi tempat ibadah, bukan ajang sindiran politik.
Anies, yang baru-baru ini memberikan ceramah di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Sabtu (8/3/2025), menegaskan kembali pentingnya peran masjid dalam sejarah peradaban Islam.
Menurutnya, masjid bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga ruang intelektual dan perjuangan keadilan.
"Sejak zaman Rasulullah, masjid bukan sekadar tempat untuk sujud dan berdoa. Jika ada yang menganggap masjid hanya sebatas itu, maka mereka keliru," tegas Anies.
Anies juga menyampaikan bahwa masjid harus menjadi tempat untuk membahas isu-isu keadilan dan menyampaikan pesan-pesan kehidupan yang mencerahkan. "Alhamdulillah, Masjid Salman masih mempertahankan tradisi tersebut," katanya.
Selanjutnya, Anies mengungkapkan bahwa integritas adalah prinsip utama dalam kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.
"Integritas bukan hanya atribut tambahan, melainkan bagian yang menyatu dalam diri seorang pemimpin," ujar Anies.
Tak hanya membahas ilmu dan kepemimpinan, Anies juga mengajak masyarakat untuk selalu berpikir positif dan optimis dalam menghadapi tantangan zaman.
"Jangan biarkan pesimisme menguasai kita. Indonesia harus terus memelihara optimisme, karena di sanalah letak kekuatan bangsa ini," tegasnya.
Pernyataan Raja Juli yang menyebut ceramah Anies sebagai sindiran politik langsung mendapat sorotan dari warganet.
Salah satu komentar yang banyak dibagikan datang dari akun terverifikasi King Purwa (@BosPurwa), yang menyebut, "Jabatan menteri tapi level buzzer."
Unggahan ini viral dengan lebih dari 6.107 retweet, 388 kutipan, dan 38 ribu suka hingga Rabu (6/3/2025). Netizen menilai bahwa komentar Raja Juli lebih mirip pernyataan pendengung politik (buzzer) ketimbang seorang pejabat negara.
Jurnalis dan aktivis Dandhy Laksono turut memberikan tanggapan terkait polemik ini. Dandhy menegaskan bahwa kajian sosial-politik di tempat ibadah bukanlah hal baru, dan hal tersebut telah lama menjadi bagian dari diskusi publik di berbagai institusi keagamaan.
"Seperti Salman ITB, masjid UGM sering bikin kajian sosial-politik," ujarnya di X @Dandhy_Laksono.
Dandhy juga menambahkan bahwa fenomena kritik sosial di tempat ibadah muncul karena kurangnya ruang dialog yang bisa diandalkan dari institusi negara. "Kenapa di tempat ibadah?
Karena kantor Kementerian Kehutanan gak bisa diandalkan atau jadi biang masalah,” tandasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah polemik mengenai ceramah Anies Baswedan yang dikaitkan dengan politik pasca Pilpres.
Dandhy juga mengungkapkan bahwa ia akan terlibat dalam kajian publik bertajuk “Tambang bagi Organisasi Keagamaan & Perjuangan Revitalisasi Peran Agama terhadap Usaha Mewujudkan Keadilan Ekologi." (*)
Editor: 91224 R-ID Elok