Repelita, Jakarta - Rencana Prabowo Subianto untuk melakukan efisiensi anggaran di awal masa kepemimpinannya sebagai presiden RI menimbulkan tanda tanya besar. Di tengah upaya pemangkasan ini, justru muncul spekulasi mengenai peran strategis yang akan dipegang oleh sejumlah elite politik dan pengusaha besar, termasuk keterlibatan Lippo Group.
Sumber yang dekat dengan lingkaran Prabowo mengungkapkan bahwa Mochtar Riady, pendiri Lippo Group, baru-baru ini bertemu dengan Jokowi untuk membahas peluang bisnis di pemerintahan baru. Pertemuan ini memicu berbagai spekulasi, mengingat kedekatan Jokowi dengan Prabowo pasca-Pilpres 2024.
"Jokowi sekarang seperti makelar politik, membuka jalan bagi pengusaha besar untuk masuk ke pemerintahan Prabowo," ujar seorang pengamat politik yang enggan disebutkan namanya.
Menurutnya, hubungan Jokowi dengan kelompok pengusaha besar, seperti Lippo Group, menjadi sorotan karena dinilai bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi nasional di bawah kepemimpinan Prabowo. Hal ini menimbulkan kesan kontradiktif dengan rencana efisiensi yang dicanangkan.
Sementara itu, kubu Prabowo membantah adanya intervensi langsung dari Jokowi atau Lippo Group dalam penyusunan kabinet. "Fokus Pak Prabowo saat ini adalah menyusun kabinet yang profesional dan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," kata juru bicara tim pemenangan Prabowo.
Namun, pengamat politik lainnya menilai bahwa dinamika politik seperti ini adalah hal yang wajar, mengingat transisi kekuasaan selalu diwarnai dengan lobi-lobi kepentingan.
Apakah ini pertanda bahwa pengaruh Jokowi akan tetap kuat meski sudah tidak menjabat? Ataukah Prabowo akan mampu menjaga kemandirian politiknya sambil tetap mewujudkan efisiensi anggaran yang dijanjikan? Waktu yang akan menjawab.
Editor: 91224 R-ID Elok

