Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Isu Bergeser: Adili Jokowi dan Makzulkan Prabowo-Gibran

 

Repelita Jakarta - M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap dinamika politik nasional yang berkembang pasca HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul pada 15 Februari 2025. Menurutnya, acara tersebut telah membongkar aib Ketua Umum Partai yang kini menjadi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

M Rizal Fadillah menilai bahwa langkah-langkah yang diambil Prabowo dalam acara tersebut justru menjadi langkah bunuh diri politik. Pertama, Prabowo secara terang-terangan mengakui bahwa keberhasilannya menjadi Presiden adalah berkat bantuan mantan Presiden ke-7, Jokowi. Pernyataan ini, menurut M Rizal Fadillah, mengandung makna mendalam bahwa Prabowo tidak lepas dari bayang-bayang Jokowi, yang diduga kuat menggunakan kekuasaan untuk memenangkan Prabowo melalui penggerakan aparat, penyimpangan dana bansos, rekayasa Sirekap, dan pengolahan lembaga survei.

Kedua, Prabowo menyebut Jokowi sebagai guru politiknya yang akan selalu dilindungi. M Rizal Fadillah menyoroti bahwa pernyataan ini menegaskan hubungan yang begitu erat antara keduanya, bahkan dalam konteks politik nasional yang semestinya menjunjung independensi. Pernyataan Prabowo di hadapan Muslimat NU yang mengisyaratkan tekad untuk selalu bersama Jokowi, dalam suka maupun duka, sehidup semati, dianggap M Rizal Fadillah sebagai indikasi ketergantungan politik yang berbahaya.

Ketiga, sorak histeris Prabowo dengan teriakan "Hidup Jokowi" di tengah derasnya tuntutan publik untuk mengadili Jokowi, menurut M Rizal Fadillah, sama saja dengan pekik "Mati Prabowo". Di saat rakyat marah dan menuntut keadilan, Prabowo justru memilih melawan arus dengan membela Jokowi. Sikap ini dinilainya sebagai tindakan emosional yang tidak peka terhadap suara hati nurani rakyat, menandai 100 hari pemerintahan yang justru meredupkan demokrasi.

M Rizal Fadillah juga mengkritisi keras pernyataan kasar "Ndasmu" yang dilontarkan Prabowo kepada pengkritiknya. Baginya, ucapan tersebut justru menggambarkan kekosongan argumentasi Prabowo. Ia menegaskan bahwa tudingan Prabowo dikendalikan Jokowi bukanlah tanpa alasan, mengingat sinyal-sinyal politik yang tampak jelas, seperti komposisi menteri, persetujuan personalia pimpinan KPK, keberadaan Gibran, mempertahankan Bahlil, hubungan erat dengan Tiongkok, hingga pembelaan mati-matian terhadap Jokowi.

Lebih jauh, M Rizal Fadillah menilai bahwa Indonesia yang sudah dibuat gelap oleh Jokowi, kini semakin gelap di bawah Prabowo. Harapan akan perubahan hanya menjadi angan-angan belaka, dengan berbagai kegiatan politik yang hanya menjadi pemborosan uang negara, seperti retreat menteri dan kepala daerah yang dianggapnya tidak membawa solusi nyata.

Masyarakat yang marah dan mahasiswa yang mulai bersuara, menurut M Rizal Fadillah, tidak akan tinggal diam. Ia memprediksi bahwa gelombang perlawanan akan semakin membesar, dengan isu yang bergeser dari sekadar mengadili Jokowi menjadi mengadili Jokowi dan memakzulkan Prabowo-Gibran. Baginya, Prabowo adalah Jokowi, Jokowi adalah Prabowo, dan Gibran, anak Jokowi, diasuh oleh Prabowo, menciptakan lingkaran kekuasaan yang menutup harapan rakyat.

M Rizal Fadillah menutup pandangannya dengan keprihatinan mendalam terhadap kondisi bangsa, yang menurutnya sedang dibawa ke arah kegelapan yang semakin pekat, tanpa ada cahaya harapan di ujung terowongan politik nasional.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved