Repelita Jakarta - Pengamat politik Saidiman Ahmad menyoroti berbagai permasalahan yang mencuat dalam awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menilai bahwa sejak awal, pemerintahan ini sudah menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan, mulai dari pembentukan kabinet yang dinilainya terlalu besar hingga respons presiden dan para menterinya terhadap kritik publik.
"Pemerintahan ini dimulai dengan pemborosan, terlihat dari jumlah anggota kabinet yang tambun," ujar Saidiman melalui akun X @saidiman.
Selain itu, ia menilai banyak kebijakan yang tidak konsisten, keputusan yang plin-plan, serta pernyataan kontroversial dari presiden dan jajaran menterinya.
"Inkonsistensi kebijakan, keputusan plin-plan, presiden ngenyek para pengkritik, ancaman fusi partai melalui koalisi permanen, mulai kembalinya doktrin dwi-fungsi," ucapnya.
Salah satu yang menjadi perhatian publik adalah cara presiden merespons kritik. Dalam beberapa kesempatan, kepala negara terlihat meledek para pengkritik, bahkan melontarkan kata "Ndasmu" berkali-kali.
"Persoalan-persoalan itu direspons secara kritis oleh publik," tukas Saidiman.
Ia juga menyoroti dampak dari ketidakstabilan ini terhadap perekonomian, terutama di sektor pasar modal.
"Para pelaku pasar menunjukkan ketidakpercayaan dengan enggan berinvestasi melalui pasar modal," katanya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebut mengalami penurunan hingga hampir 15 persen dalam tiga bulan pertama pemerintahan.
"Hal ini terlihat dalam penurunan IHSG nyaris 15 persen dalam tiga bulan pertama pemerintahan," tambahnya.
Di sisi lain, kritik dari masyarakat semakin meluas, baik melalui aksi massa mahasiswa bertajuk Indonesia Gelap di berbagai kota maupun kampanye daring dengan tanda pagar #KaburAjaDulu.
"Rapor merah pemerintahan dari masyarakat kelompok terdidik ditunjukkan melalui aksi massa mahasiswa di pelbagai kota yang mengangkat tajuk Indonesia Gelap," ujarnya.
Namun, respons pemerintah terhadap kritik ini justru dinilai sinis dan tidak elegan.
"Yang justru muncul adalah sikap sinis pada kritikan publik. Presiden menyebut para pengkritik kebijakannya sebagai raja kecil," sesalnya.
Bahkan, seorang menteri disebut merespons tagar #KaburAjaDulu dengan pernyataan mengusir.
"Pembantu presiden menyatakan tak usah kembali. Seorang juru bicara meledek dengan merinci kebutuhan jika ingin merantau. Pembantu lain mengusulkan penggantian tagar," jelasnya.
Menurut Saidiman, jika pola komunikasi pemerintah tidak berubah, ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan ini akan semakin meningkat.
"Dan ini baru awal pemerintahan, sodara-sodara," tegasnya.
Ia juga menyinggung pernyataan dari seorang tokoh senior yang menanggapi aksi Indonesia Gelap dengan kalimat, "Kau yang gelap."
"Puncaknya adalah pernyataan Opung menanggapi aksi Indonesia Gelap dengan menyatakan, 'Kau yang gelap,'" tutupnya.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok