Repelita, Jakarta 21 Desember 2024 - Uang palsu yang diproduksi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, sebelumnya disebut canggih oleh Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak.
Ia menjelaskan bahwa mesin cetak yang disita oleh pihak kepolisian juga terbilang canggih. Uang palsu dalam pecahan seratus ribu rupiah ini sangat sulit terdeteksi oleh alat X-Ray.
"Pengembangan ini kami harus melibatkan beberapa bank karena uang palsu yang dicetak terbilang canggih," ujar Reonald. "Kami juga harus bekerja sama dengan salah satu kampus negeri di Kabupaten Gowa, sebab uang palsu ini diproduksi di dalam kampus," tambahnya.
Meski demikian, Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Sulsel, Edy Kristianto, menjelaskan bahwa uang palsu tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam mesin ATM. Dalam mesin ATM terdapat sensor khusus yang otomatis menolak uang palsu.
"Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukkan (uang palsu) karena selain kontrol manusia, juga ada kontrol sensor yang akan menolaknya," ungkapnya. Ia menegaskan bahwa BI akan terus bekerja maksimal untuk menangani kasus peredaran uang palsu ini.
Pihak kepolisian telah menangkap 17 tersangka yang terlibat dalam kasus peredaran uang palsu ini. Tersangka diringkus di lokasi berbeda, termasuk di Gowa, Makassar, Wajo, dan Mamuju, Sulawesi Barat. Sementara itu, tiga orang lainnya masih buron dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Penyidik juga telah menyita sejumlah barang bukti dalam kasus ini, dengan nilai yang diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono mengungkapkan bahwa sindikat ini tidak hanya mencetak uang rupiah, tetapi juga mata uang Korea Selatan, Won.
"Sindikat ini mencetak uang dalam jumlah besar. Kami juga menyita barang bukti yang nilainya mencapai triliunan," ujar Yudhiawan.
Selain uang, Andi Ibrahim, eks Kepala Perpustakaan yang juga merupakan otak di balik pabrik uang palsu ini, turut memproduksi Surat Berharga Negara (SBN). Bahkan, satu lembar SBN yang disita bernilai Rp700 triliun.
Terkait dengan alat cetak, polisi juga menyita mesin cetak seharga Rp600 juta yang dibeli di Surabaya, Jawa Timur, dengan komponen yang berasal dari China.
Penyidik terus mendalami kasus ini untuk mengungkap lebih jauh peredaran uang palsu dan potensi keterlibatan pihak lain dalam sindikat tersebut. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok