Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

[MENUAI KECAMAN] GEGER Diamuk Publik! Juru Bicara Presiden Sebut Rakyat Jelata, Netizen: Kelihatan Busuknya Semua

 

Jakarta, 5 Desember 2024 – Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, mendapat sorotan publik setelah menggunakan istilah "rakyat jelata" dalam klarifikasinya terkait pernyataan Gus Miftah. Dalam klarifikasinya, Adita menyatakan bahwa pihak Istana menyesalkan peristiwa penghinaan yang dilakukan oleh Utusan Khusus Presiden tersebut.

"Kami dari pihak Istana, tentu menyesalkan ya kejadian ini, satu hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi," ujar Adita.

Namun, pernyataan Adita yang menyebut "rakyat jelata" untuk menggambarkan masyarakat kecil menuai kritik keras dari warganet. Istilah "rakyat jelata" yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada orang biasa, bukan bangsawan atau hartawan, dianggap tidak pantas dan merendahkan.

“Apalagi kalau kita lihat Presiden kita Bapak Prabowo Subianto ini, baik itu melalui pidato atau kunjungan-kunjungan ke lapangan, kunjungan kerja, itu terlihat sekali pemihakan beliau kepada rakyat kecil, kepada rakyat jelata,” ujar Adita dalam klarifikasinya.

Pernyataan ini langsung viral di media sosial dan mengundang kecaman. Banyak warganet yang merasa tersinggung dan mengkritik Adita atas pemilihan kata yang dinilai kurang bijaksana.



"Usai Utusan Khusus Presiden 'Mas Miftah', giliran Jubir Presiden tuai cibiran karena sebut rakyat kecil 'rakyat jelata'. Orang-orang di sekeliling Pak Prabowo kenapa sih?" tulis akun @Heraloebss di Twitter.

Beberapa netizen juga mengungkapkan rasa kecewa mereka terhadap Adita. "Tanpa rakyat jelata gak ada tuh gaji bulanan utk kalian. Semua itu uang rakyat jelata yang bayar dari A sampai Z," tulis @Rosses1Black.

"Seharusnya sebagai jubir lebih bisa memilih kata yang tepat. Bukannya maksudnya sama, tapi kan ada pilihan kata yang lebih pantas dan sopan," kritik @ayqueentis.

Tak hanya itu, beberapa komentar netizen juga menyentil terkait komunikasi publik di lingkungan pemerintahan yang dianggap kurang etis. "Ini dulu lulus ASN ga sih apa pake ordal? Syaratnya aja gila-gilaan, S1, S2, S3, IELTS, TOEFL, JLPT. Tapi kenyataannya malah kayak gini," tambah @udi_sapys.

Kontroversi ini menggambarkan kekesalan publik terhadap cara komunikasi yang tidak sensitif terhadap perasaan masyarakat, terutama yang berasal dari kalangan bawah.(*)

Editor: Elok WA R-ID

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved